Oleh: Khoeri Abdul Muid
AbstrakÂ
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka (19 September 2025) tampak singkat dan simbolis. Namun, jika dibaca lewat lensa filsafat strategi Anglingdarma, yang menggabungkan simbol, waktu, dan tindakan nyata, serta teori Two-Level Game Robert D. Putnam, kunjungan ini bisa dimaknai sebagai pembukaan yang berpotensi strategis bila diikuti tindakan terukur. Artikel ini memadukan kerangka teoretis, kontekstualisasi faktual, analisis risiko, dan rekomendasi operasional untuk mengubah momentum menjadi outcome.
1. Konteks Faktual Singkat
Presiden Prabowo diberangkatkan dari Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma pada malam 19 September 2025 dan dijadwalkan berkunjung ke Paviliun Indonesia di Osaka sebelum melanjutkan rangkaian kunjungan ke New York (sidang PBB), Ottawa (penandatanganan kemitraan strategis), dan Belanda. Laporan media menegaskan bahwa kunjungan ke Osaka termasuk agenda resmi kunjungan luar negeri tersebut. [kumparan+1].
Expo 2025 Osaka berlangsung pada 13 April--13 Oktober 2025 dengan proyeksi kunjungan sekitar 28--28,2 juta orang --- sebuah platform ekonomi-kultural besar yang menjanjikan paparan publik internasional yang luas. [Expo 2025].
2. Kerangka Teoretis Ganda: Anglingdarma vs. Two-Level Game
2.1. Anglingdarma: Simbol, Laku, dan Waktu
Dalam narasi tradisional Jawa, Raja Anglingdarma sering menggunakan simbol (seperti sayembara dan uji) dan menampilkan dirinya pada "teater" yang tepat untuk meneguhkan wibawa. Namun, ia selalu menyimpan laku (tindakan nyata) dan langkah-langkah yang lebih dalam. Kekuatan simbolik hanya efektif jika diikuti tindakan yang konsisten.
2.2. Putnam dan Two-Level Game
Robert D. Putnam menegaskan bahwa negosiasi internasional berjalan simultan pada dua level: Level I (antar-pemerintah internasional) dan Level II (domestik, seperti ratifikasi dan dukungan politik). Keberhasilan negosiator bergantung pada manajemen win-sets pada kedua level ini. [Cambridge University Press & Assessment].