Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung: Jejak Hikmat Pak Bijak [lima]

17 September 2025   06:30 Diperbarui: 17 September 2025   05:31 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah, hidup kita juga seperti bangjo. Hijau artinya harapan---kita boleh melaju dengan penuh semangat. Kuning artinya hati-hati, waspada. Dan merah artinya berhenti---itulah ajal, saat hidup kita selesai. Sekarang, kita masih di hijau dan kuning. Masih ada waktu untuk belajar, berbuat baik, menolong orang lain. Jadi jangan takut. Justru bersyukurlah, karena Tuhan masih memberi kesempatan."

Anak-anak mulai tenang. Beberapa tersenyum kecil. Namun seorang murid bernama Budi bertanya lagi dengan polos, "Kalau nanti benar-benar kiamat, Pak?"

Pak Bijak menepuk pundaknya lembut. "Kalau kiamat datang, kita tak bisa menghindar. Maka persiapkan dirimu dari sekarang. Jangan takut, asal kita selalu berusaha baik, Tuhan akan menyelamatkan kita di akhirat nanti. Ingat, lebih baik takut berbuat salah daripada takut pada banjir."

Tawa kecil pun pecah, mencairkan suasana.

Bel istirahat berbunyi. Anak-anak keluar kelas dengan wajah lebih ceria. Mereka berlarian di halaman yang masih becek, tanpa lagi dibayang-bayangi ketakutan.

Pak Bijak menatap mereka dari jendela kelas, lalu berbisik pada dirinya sendiri:
"Masih untung banjir, bukan kiamat. Selama masih ada peringatan, manusia masih diberi kesempatan untuk berubah."

Langit pun mulai cerah. Awan hitam bergeser, memberi ruang bagi sinar matahari yang hangat---seolah mengamini doa Pak Bijak agar anak-anak desa tumbuh menjadi pribadi yang berani dan penuh harapan.

Episode 5 menutup dengan pesan: bencana bukan akhir segalanya, melainkan peringatan. Selama masih ada banjir, bukan kiamat, manusia masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri.

BERSAMBUNG ke Episode 6 -- Filosofi Kelas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun