Mohon tunggu...
Kezia Artanauli Purba
Kezia Artanauli Purba Mohon Tunggu... Teacher

I am a biology teacher who truly enjoys my profession. I take great pleasure in keeping myself updated with ongoing developments and the evolving teaching methods, while ensuring that every approach remains aligned with established educational values and norms

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tri Hita Karana dalam Kebijakan Pembangunan Provinsi: Harmonisasi Sosial, Spiritualitas dan Lingkungan sebagai Pilar Menuju Keberlanjutan Pendidikan

13 Oktober 2025   13:34 Diperbarui: 13 Oktober 2025   13:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai mahasiswa S2 Pendidikan IPA, ada beberapa implikasi penting:

  • Kurikulum IPA dapat diintegrasikan dengan nilainilai Palemahan: studi tentang lingkungan lokal, biodiversitas, konservasi, perubahan iklim, penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya teori tapi praktik lapangan dan eksperimen lokal.

  • Pendidikan karakter: integrasi aspek Parahyangan dan Pawongan dalam pendidikan IPA (misalnya refleksi spiritual/etika, kerja sama, tanggung jawab terhadap sesama dan alam).

  • Bagi organisasi pendidikan (sekolah, universitas), adopsi THK dalam manajemen operasional: penggunaan praktek ramah lingkungan (pengelolaan limbah laboratorium, hemat energi, penggunaan material lokal), pengaturan ruang dan fasilitas yang memperhatikan kenyamanan sosial dan spiritual.

  • Penelitian dan evaluasi: penting untuk membuat indikator evaluasi yang mampu mengukur keberhasilan penerapan THK; penelitian berbasis tindakan (action research) di sekolah/universitas untuk mengetahui bagaimana siswa, guru merasakan dan melakukan prinsip THK dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup dan Saran

Penutup

Tri Hita Karana bukan sekadar warisan budaya Bali yang elok secara simbolis. Ia adalah paradigma yang memiliki potensi besar menjadi landasan pembangunan provinsi yang manusiawi, berkelanjutan, dan berkeadilan. Ketika prinsip Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan diterjemahkan ke dalam kebijakan pembangunan, regulasi nyata, manajemen organisasi, serta pendidikan, pembangunan tidak hanya menghasilkan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan spiritual, kohesi sosial, dan keberlanjutan lingkungan.

Pengalaman di Bali menunjukkan bahwa ada kemajuan nyata: regulasi yang mengatur pembangunan pariwisata dengan budaya dan lingkungan, proyek khusus yang menanam pohon, penggunaan produk lokal oleh hotel, pendidikan vokasi berbasis THK, dan penghargaan untuk CSR berdasar THK. Namun, implementasi masih belum merata dan banyak tantangan yang harus diatasi agar prinsip THK bukan sekadar slogan tapi bagian intrinsik dari budaya kerja pemerintahan, organisasi, dan masyarakat.

Saran

Berdasarkan analisis di atas, berikut beberapa saran agar penerapan prinsip THK di tingkat provinsi dan organisasi/institusi dapat lebih efektif dan berkelanjutan:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun