Mohon tunggu...
Tishia
Tishia Mohon Tunggu... Menulis

Ada diantara pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hampa yang Tak Terjamah

27 Mei 2025   22:36 Diperbarui: 27 Mei 2025   22:36 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berjuta bintang menari di bentangan langit,
namun tiada satu pun yang menyentuh malamku.
Bunga-bunga mekar menyampaikan salam kepada bumi,
namun jiwa ini tetap asing bagi harum mereka.

Di tengah riuhnya dunia,
aku berjalan seperti bayang-bayang tanpa suara.
Mereka tertawa, bernyanyi, dan berseru,
namun hatiku adalah gua sunyi
yang tak dijangkau gema kasih.

Dalam tiap hela napasku,
datang kenangan seperti angin gurun---
panas, tajam, tak terlihat namun merobek kulitku.
Ia mencabut harapanku seperti akar dari tanah,
dan anganku tercerai, seperti debu yang dihempas badai.

Engkau, yang pernah kuletakkan di singgasana hatiku,
menjadi bayangan yang kini kutakuti.
Engkau mengambil cahaya dari mataku,
dan menggantinya dengan pecahan kaca yang membakar.

Cintaku padamu telah menjadi kutukan yang manis,
dan kebencianku---adalah cinta yang tak mampu mati.
Kini, tiap langkah adalah luka,
dan tiap detik adalah beban yang tak terlihat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun