Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Pameran Kain Tradisional di Museum Mpu Tantular

17 Juni 2014   21:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:21 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan rasanya sedikit terpana dan sekejap tertegun saya melihat sekilas wanita icon yang mewakili hutan ini. Selain karena gaunnya yang memang wah dan terlihat berat karena dihiasi logam dan busa spons, senyum manis dari wajahnya yang terlihat mengembang (tampak jelas meski ada aksesori di sekitar matanya) pada saat itu langsung plek mengingatkan saya pada rekan SPG Panasonic dari event elektronik sewaktu saya masih berprofesi sebagai Sales Promosi di suatu konter (SPB) kurang lebih satu setengah dekade yang lalu. Kemiripannya mempunyai skor 80 dari 100 sepertinya ^_^. Duh! mirip bertemu seorang yang lama tidak berjumpa deh. Sial. Wkwkwk... Fiuh, akhirnya menemukan beberapa perbedaan krusial diantara keduanya. Orang yang berbeda ternyata...

1402985089531761479
1402985089531761479
Ini mewakili tribal/suku pedalaman.

1402985283241278139
1402985283241278139
Ini mewakili kekayaan laut

1402985455293106845
1402985455293106845
Ini mewakili kekayaan hutan. Taraa... Mbaknya suka mengembangkan sayapnya kalau difoto ^_^

Memasuki Pameran Kain di dalam museum


Kembali ke pameran tadi; Gedung yang dipakai untuk Pameran Kain Tradisional terdiri dari dua lantai. Dimana dalamnya berhawa sejuk dingin seperti mall dengan penerangan yang diatur untuk menonjolkan berbagai macam kain yang dipamerkan. Ini berbeda dengan gedung lain yang terhubung dengan gedung pameran ini: yang memajang koleksi-koleksi asli museum dan terasa seperti gedung pada umumnya yang bersuhu ruang tidak dilengkapi AC. Bisa dipahami, karena kadar suhu akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan jamur atau hal-hal yang tidak diinginkan, karena koleksi-koleksi museum yang sempat saya lihat diantaranya adalah barang-barang dari teknologi yang telah kuno awal abad ke 20 (hingga era yang lebih tua) dan digantikan dengan teknologi yang lebih modern. Diantaranya adalah mesin ketik kuno, gramofon, sepeda kuno dan lain-lain.

Saya dan pengunjung lain yang ingin segera masuk setelah diresmikan (potong pita bunga) sempat dihadang oleh seorang petugas. "Maaf mas, untuk sementara pamerannya masih belum dibuka untuk umum dulu karena Bapak Bupati masih ada di dalam." Lupa juga kalau diri bukan orang penting. Hehehe... Jadi beberapa waktu kemudian saya menyibukkan diri berkeliling kompleks pelataran museum dan kembali lagi setelah kenyang ^_^ (ada beberapa penjual makanan dan ikut memeriahkan, terdapat atraksi kuda lumping makan beling di luar pagar; dengan bercanda, si pawang malah menantang pak polisi yang berjaga untuk membuktikan belingnya asli apa nggak). Dan tentunya masih terlihat pula ratusan anak-anak sekolah yang tenggelam dalam kesibukannya, berusaha untuk menyelesaikan pola yang dibuatnya.

14029855691715379887
14029855691715379887
Sebelum potong pita...

Saat saya masuk, ada dua orang yang 'ngidung' dan kerawitan untuk memberikan kesan damai, asri, dan bersahabat bagi pengunjung. Melihat kedalam, mata begitu takjub akan keanekaragaman pola yang dibuat secara tradisional ini. Beberapa diantaranya malah sulit dipercaya dibuat dari tenunan tradisional karena tingkat halusnya tak kalah dari buatan mesin. Dan bila Anda belum juga terpukau karena ketelitian pembatik-pembatik tradisional karena detilnya pola dan pernik yang dibuat, masih ada yang mencengangkan lagi. Saya mengamati dengan detil dari jarak 10 sentimeteran pada pola anyaman tenun dan tingkat kerumitan dari kain yang berasal dari Kabupaten Sarmi di Papua ini. Susah dibayangkan bagaimana mereka membuat pola yang begitu sangat amat rumit dengan bermodal mesin tradisional dan dibuat manual. Entah berapa lama pula waktu yang dihabiskan. Orang Papua memang gila!

14029910731069593498
14029910731069593498
Beberapa bapak dari perwakilan museum Bengkulu mengajak foto bersama waktu saya berdiri dekat ini...

1402990200775134079
1402990200775134079
Bapak-bapak yang kerawitan, bahasanya sedikit susah saya cerna... wkwkwk

140298601178351129
140298601178351129
Ini dia, kain tenunan papua yang rumit itu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun