Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi dan Kebhinekaan dalam Bermasyarakat

8 Maret 2018   01:23 Diperbarui: 8 Maret 2018   01:44 2306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fransiskus X. B Keban

Sebagai bangsa yang besar, yang meliputi pulau-pulau, dengan beragam Ras, Suku bangsa, bahasa dan agama, Indonesia sejak dahulu sudah terkenal dengan toleransinya. Ini pun tidak lepas pula dari peran Pancasila sebagai alat pemersatu yang didalamya berbicara soal Bhineka Tunggal Ika atau Berbeda-beda Tapi Tetap Satu. Ini juga terbukti nyata dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Kabupaten SBD-NTT,seperti perayaan Idul Fitri 1438 Hijriah yang dirayakan beberapa waktu lalu. 

Betapa tidak sejak malam pawai obor hingga shalat Id yang dilaksanakan oleh PHBI Masjid Agung Alfalah-Weetabula, para pemuda yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) dan Pemuda GKS Mata pun turut ambil bagian menjadi tim pengaman bersama TNI/Polri. suasana penuh keakraban pun tercipta. Tidak ada sekat yang membedakan antar agama. 

Semua menyatu sebagai saudara. Saudara se bangsa dan negara-Indonesia. Menjadikan toleransi itu indah di titik problem Negara yang telah mengalami krisis kepercayaan akibat banyaknya paham yang ingin memecah belah bangsa ini dengan menjadikan agama sebagai isu sentralnya.

"Masjid rumah saudara-saudara kami. Sehingga ketika diminta untuk jadi tim pengamanan kami antuasias sekali karena bagi kami inilah contoh nyata dari toleransi itu sendiri,"ungkap Ketua OMK, Max Fernadez kepada media ini saat kegiatan pawai obor belum lama ini.

Iya Max tentu bukanlah satu-satunya yang menganggap bahwa ditengah kebegamaan sebagai sebuah Negara, perbedaan bisa menjadi alat untuk memecah persatuan ada. Walaupun di satu sisi perbedaan itupun jika dikemas baik dan benar akan menjadi kekuatan bagi kita semua mempertahankan NKRI ini. 

Apalagi sejarah mencatat bahwa perjuangan kemerdekan RI zaman itu, bukanlah perjuangan kelompok ras, suku dan agama tertentu namun lebih daripada itu merupakan perjuangan semua rakyat indonesia yang tentunya harus menjadi penegas bahwa sebenarnya persatuan dan kesatuan sebagai NKRI sudah ada sejak dahulu dan kini bagaimana kita sebagai anak bangsa meneruskan persatuan yang ada. 

Toleransi adalah Pintu Masuk Jaga NKRI

Toleransi atau sikap saling menghargai atau menghormati memang bukan meluluh soal agama, namun menembus semua sendi kehidupan manusia, baik itu ekonomi, politik, dan budaya dan lain sebagainya yang tentunya menjadi awasan yang mestinya diangkat ke permukaan.Bagaimana pun juga Toleransi bagi penulis, merupakan sebuah pintu masuk menjaga keutuhan NKRI yang telah berdiri kokoh puluhan tahun. 

Pintu masuk karena disanalah telah berdiri Pancasila sebagai penompangnya menjadikan toleransi itu indah seperti yang kini kita rasakan. Boleh jadi pancasila yang digali Ir. Soekarno semasa dibuang di Ende pun mendapat inspirasi toleransi sebagai perekat persatuan dalam perbedaan (Bhineka Tunggal Ika) dari masyarakat ende, salah satu rumpun masyarakat di Indonesia Timur yang dikenal cukup beragam baik dari suku, agama, ras dan budaya namun mampu hidup berdampingan dengan aman dan tentram. 

Hal ini pun terjadi pula diberbagai daerah lainnya di NTT, termasuk pula di pulau sumba. Konflik horizontal mengatasnamakan agama, ras, suku dan budaya seolah hilang tanpa bekas. Begitupun dengan potensi perpecahan akibat pilihan politik identitas pun serta merta hilang terseret oleh waktu karena tidak bisa menembus kokohnya tembok ikatan sebagai sesama anak Bangsa ini. 

Inilah indikasi bahwa toleransi dalam nuansa Bhineka Tunggal Ika memiliki kekuatan tersendiri meredam berbagai persoalan yang ada di Negeri ini, walaupun harus diakui bahwa tidak sedikit riak-riak kecil itu pun mengiringi langkah kecil kita mempertahankan indahnya toleransi yang dibangun sejak dulu. Betapa tidak selain turut terlibat dalam setiap kegiatan keagamaan toleransi dalam nuansa Bhineka Tunggal Ika pun bisa terlihat dalam setiap sisi kehidupan bahkan ada keluarga yang anggota keluarganya memilih menjadi pemeluk agama lain namun tetap hidup satu atap. Dengan demikian, tidak bisa dikesempingkan begitu saja betapa toleransi dan bhineka tunggal ika serupa dua sisi mata uang telah berhasil menjadi pintu masuk menjaga NKRI.

Toleransi dan Bhineka Tunggal Ika, Sisi Lain Humanisnya Masyarakat Indonesia

Selain sebagai pintu masuk menjaga NKRI, sikap toleran pun telah mempertegas sisi lain kehidupan manusia Indonesia sebagai manusia yang humanis. Kenapa demikian? Dalam interaksi sosial yang dilakukan masyarakat tidak pernah lepas dari unsur komunikasi yang daripadanya membuat saling memahami satu dengan yang lainnya semakin tinggi. hal ini pun menuntut kita untuk untuk menjadi masyarakat humanis tanpa membedakan warna kulit, suku, agama. 

Karena kesadaran sebagai sama saudara telah tumbuh dan lahir dengan sendirinya. Sehingga nyatanya yang disampaikan oleh Dandramil 1613/02 Laratama, Kapten Mulyono kala itu kepada penulis bahwa sesungguhnya segala perbedaan yang kita miliki telah membentuk kita untuk menumbuhkan sikap toleran.

"Inilah yang terjadi. Bahwa di daerah kita dengan segala perbedaan yang kita miliki ternyata sikap toleran telah memberikan rasa percaya kita untuk terus menjaga NKRI ini. Saya tentu berharap sikap yang demikian pun bisa terus dipupuk ditengah masyarakat karena bagaimana pun juga toleransi akan membuat kita semakin kuat ditambah dengan semakin aktifnya interaksi yang dibangun dalam masyarakat membuat kita cukup kuat. Ini dibutuhkan untuk menanggal segala yang isu disintegrasi yang ada dengan segala macam alibinya,"katanya.

Kekuatan kita tidak cukup hanya kata, tapi dengan perbuatan. Walaupun sederhana seperti yang dilakukan oleh para pemuda OMK dan Pemuda GKS dalam event Idul Fitri seperti itu telah berdampak luas dan menjadi penegas kalau perbedaan yang kita miliki di Negara ini khususnya di daerah ini tidak bisa menghilangkan rasa persaudaraan yang telah dipupuk sejauh ini. 

Dengan demikian maka menjadi teranglah kini bahwa toleransi dalam semangat Bhineka Tunggal Ika harus terus ditumbuhkan dalam hidup kita bahkan harus jadi memantik semangat kita untuk menegaskan bahwa Kita Pancasila, Kita Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun