Memang, pada akhirnya keadaan hubungan saya dengan pasangan saya tetap baik-baik saja—tak ada yang runyam—setelah saya mengungkapkan apa alasan saya melakukannya, dan kabar baiknya pasangan saya bisa menerima itu (baca: perselingkuhan coba-coba ala saya) dengan lapang dada disertai koreksi masing-masing dari kami.Â
Bukti konkret yang jadi penyebab tidak bisa terbantahkan jika ada yang harus diperbaiki.
Apakah ini aib yang sengaja saya beberkan?Â
Bisa jadi "ya" bisa pula "tidak"; semua tergantung pada siapa yang memberikan tanggapan.Â
Apakah saya tidak takut dinilai sebagai sosok yang jahat—lagi tak bernurani—oleh orang-orang atas perbuatan yang saya lakukan?
Well, jahat atau tidaknya saya sebagai individu, semua berpulang lagi pada penilaian setiap orang; saya hanya ingin mengemukakan contoh valid dari tulisan ini—alih-alih mengarang cerita bohong sebagai contoh—dan semoga bisa dijadikan pelajaran.
Â
Boleh saya katakan, perselingkuhan adalah satu bentuk kegagalan seseorang dalam berkomunikasi dengan pasangannya—semua berbicara tentang bagaimana mengungkapkan isi hati atas kebutuhan dan atau keinginan dari dan untuk pasangan itu sendiri.
Apalagi jika seseorang tersebut tidak terlalu jago bicara seperti halnya saya, wah makin runyam—malah ini bisa dijadikan alasan perselingkuhan.
Wadidaw.
Untungnya, pasangan saya (baca: kekasih saya) kenal betul watak saya. Dia terlalu welas asih untuk memaafkan perbuatan konyol saya ketika itu.
Baca juga: Selalu Ada Hipotesis untuk Dia yang Jago Bicara