Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Semua yang tertulis di sini adalah opini pribadi | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Betah Melajang? 6 Hal Ini yang Mungkin Jadi Alasan

28 Juni 2021   07:39 Diperbarui: 29 Juni 2021   17:04 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi couple session pada sebuah resepsi pernikahan. (Sumber: Dokumentasi pribadi/Foto oleh Kazena Krista)

Untuk alasan yang satu ini, tak terhitung jumlahnya mereka yang mengesampingkan dulu keinginan dan atau harapannya untuk menikah demi keluarga yang dicinta.

Become the most important person in their family is more important for them. Trust me!

#2 Pendidikan itu terkadang sebelas-dua belas dengan perkara makan

Pasti ada saja para lajang yang menjadikan pendidikan sebagai obsesi untuk diraih sebelum memikirkan soal pernikahan.

Bukan berarti saya katakan tidak bisa melakukannya setelah menikah. Hanya saja, saya percaya bahwa mereka berkeyakinan fokus untuk meraih pendidikan yang diharapkan (baca: pendidikan yang tinggi) tidak akan pernah sama antara yang sebelum dengan yang sesudah menikah—apalagi sudah memiliki anak.

Baca juga: Anak, Alasan Klasik Perempuan Berhenti Bekerja, Benarkah?

Lobi-lobi antara hak dan kewajiban di antara single dan taken jelas berbeda—dan di sanalah letak masalahnya!

#3 Mentolerir karier sebagai bagian pencapaian

Karier yang tinggi lagi hebat tidak dibentuk dalam hitungan hari, sehingga menjadi wajar sebagian lajang yang memilih belum menikah menganggap hal tersebut sebagai bentuk sebuah pencapaian.

Berpendidikan tinggi bisa menjadi faktor seseorang memperoleh karir yang diidamkan. (Sumber: Unsplash/Foto oleh MD Duran)
Berpendidikan tinggi bisa menjadi faktor seseorang memperoleh karir yang diidamkan. (Sumber: Unsplash/Foto oleh MD Duran)

Tuntutan skala prioritas dalam profesi atau pekerjaan yang dilakoni tentu menjadi sesuatu yang tak terelakkan dan terkadang hal tersebut menjadi alasan—apalagi jika profesi atau pekerjaan itu benar-benar menjadi idaman (baca: alih-alih memang ada beberapa profesi atau pekerjaan yang diketahui tidak boleh mengharuskan para pelakunya menikah lebih dulu)

#4 You are what your own standard

Di antara banyak alasan mengapa para lajang memilih belum menikah pasti didominasi dengan alasan ini—ya, perkara "aku ingin yang begitu dan yang begini" adalah alasan yang paling individualis yang kerap dituding sebagai biang kerok.

Siapa sih yang tak berkeinginan punya pasangan yang cerdas, anaknya alim karena agamanya bagus, sabar dan ngemong, bisa diajak kerja sama, satu visi-misi—dan lain sebagainya?

Bahkan kadang menjadikan orang lain sebagai role model "percontohan"—misalnya menjadikan ayah atau ibu sebagai figur—itu juga tidak sedikit jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun