Mohon tunggu...
Kayla Maharani
Kayla Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Hanya seorang pemudi yang sangat tertarik dengan psikologi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Psikopati vs Sosiopati: Criminal Profiling Dalam Analisis TKP

20 Desember 2024   14:57 Diperbarui: 20 Desember 2024   14:34 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Studi kasus yang cocok untuk menggambarkan seorang sosiopat adalah kasus Edmund Kemper. Edmund Emil Kemper merupakan seorang pembunuh berantai asal Santa Cruz, California. Kemper memiliki julukan "The Co-Eds Killer" yang berarti college educated girls. Mayoritas korbannya adalah gadis kuliah yang sering ia beri tumpangan. Berdasarkan keterangan polisi, Edmund memiliki postur tubuh yang tinggi besar (2,06 meter), sikap yang sopan serta kecerdasan di atas rata-rata (IQ 145). Ketiga kombinasi ini mampu menumpulkan faktor kewaspadaan dari calon-calon korbannya. Edmund Kemper terkenal dengan kekejiannya dalam membunuh dan memutilasi korban. Kebrutalannya tersebut lahir dari kebenciannya akan wanita.

Kemper dibesarkan oleh seorang ibu yang keras dan dominan. Tidak hanya berupa kekerasan fisik, ibunya juga melakukan pengabaian emosional. Berbagai bentuk penganiayaan fisik, emosional dan verbal dilancarkan oleh ibunya, membuatnya merasa bahwa ia adalah anak yang cacat secara sosial. Setelah semua trauma tersebut, kondisi mental Kemper kecil semakin diperparah dengan kandasnya rumah tangga kedua orangtuanya, yang menyebabkan Kemper kecil harus kehilangan sosok figur ayah yang stabil. Kemper kecil tetap tinggal dengan ibunya yang kasar. Tidak jarang ibunya mengurung serta mengisolasi Kemper dari adik-adiknya. Kesendirian yang gelap tersebut membentuk dendam yang tidak pernah berkesudahan. Pada usia 15 tahun, Kemper membunuh kakek dan neneknya dengan keji dan brutal. Peristiwa ini menjadi isyarat akan munculnya kepribadian sosiopati yang kelak akan memakan 10 korban.

Edmund Kemper memilih perempuan muda sebagai target pembunuhannya. Hal ini menjadi pertanda adanya keterikatan psikologis dan emosional antara pelaku dan korban. Dengan modus operandi atau pola spesifik ini, penyidik dapat mengidentifikasi profil pelaku. Orang dengan dendam atau trauma tertentu memiliki kecenderungan untuk memilih korban dengan ciri yang mirip. Seorang sosiopat yang merupakan pembunuh berantai jarang sekali memilih korbannya secara acak. Dalam hal ini, Kemper memilih wanita sebagai korbannya karena trauma yang timbul akibat kekerasan yang dilakukan ibunya semasa ia kecil. 

Pada tanggal 20 April 1973, setelah membunuh ibu dan sahabat ibunya, Edmund Kemper secara sukarela menghubungi polisi untuk mengakui kejahatannya. Pembunuhan ini menjadi pembunuhan terakhir sekaligus penutup dari serangkaian kasus yang ia lakukan. Kemper mengakui perbuatannya dengan puas dan bangga, tanpa rasa penyesalan. Namun, ia mengakui bahwa seluruh pembunuhan ini dilatarbelakangi oleh dendam masa kecil. Olah TKP yang dilakukan oleh pihak penyidik menyimpulkan bahwa Edmund Kemper adalah seorang pembunuh berantai yang keji dan brutal. Kemper terlebih dahulu memukul kepala ibunya dengan palu, kemudian mencekiknya hingga tewas. Tidak berhenti di situ, Kemper memenggal kepala ibunya yang telah tewas dan menusuknya berkali-kali dengan pisau, mengisayaratkan kemarahan yang telah lama terpendam. Informasi total tusukan yang ada pada kepala ibu Kemper tidak dirilis secara publik oleh pihak kepolisian, namun diketahui bahwa setelah memenggalnya, Kemper sempat memberikan cacian dan makian kepada kepala tersebut dibarengi dengan berbagai tindakan tidak senonoh. Entah seperti apa bentuk penghinaan dan tindakan tidak senonoh yang dilakukan, namun dari seluruh olah TKP ini, dapat disimpulkan bahwa Edmund Kemper merupakan seorang sosiopat kejam yang memiliki latar psikologis dan motif berupa dendam masa kecil.

TEKNIK ANALISIS TKP : HIPOTESIS PREDIKTIF

Pada kasus kriminal, salah satu jenis hipotesis yang biasa digunakan oleh profesional adalah teknik hipotesis prediktif. Penyidik menggunakan teknik ini untuk memprediksi dan mempertajam profil perilaku berdasarkan temuan di TKP dengan variabel sebagai berikut:

1.   Variabel independen (penyebab): pola tindak kejahatan (X = TKP rapi/terkontrol, lokasi jauh dari rumah korban, tingkat kekerasan       meningkat seiring bertambahnya korban). (Y = TKP berantakan/impulsif, lokasi dekat dengan rumah korban, tingkat kekerasan             sama).

2.  Variabel dependen (akibat): profil perilaku pelaku (A = psikopat, B= sosiopat).

Selain itu, dibutuhkan data empiris dan pendekatan teori psikologi kriminal agar dapat menghasilkan analisis yang sesuai. Adapun tahapan dalam membuat hipotesis prediktif pada TKP pembunuhan adalah sebagai berikut:

1.    Pengamatan Awal

2.    Identifikasi Pola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun