BAB 05.
"Mas...," ucap Luna dengan nada dan wajah memelas.
Pria bertubuh besar juga tinggi, berkulit sawo matang dengan mata sipit yang kedua tangannya terlipat di depan dada itu memejamkan matanya.
Beberapa menit sebelumnya...
Luna yang hampir sampai di pintu masuk kontrakkannya, tiba - tiba menghentikan langkah dan membeku. Sosok yang memanggil namanya dengan nada suara dingin juga serak itu berjalan mendekat kearahnya.
"Tunjukin yang mana kamarmu?" lanjut sosok tegas itu.
Luna kembali meneguk salivanya dengan posisi tubuh agak merunduk, dilewati sosok tegas itu yang tidak lain adalah Bagas, kakaknya sendiri. Saat sedang melewati Sang Kakak, Luna mendengar suara Winda Sang Kakak Ipar dari arah lain yang tidak jauh tempatnya dari Bagas berdiri.
"Dek, ck..." suara berdecak dari Winda terdengar jelas, wanita hamil itu lalu keluar dari dalam mobil dan menghampiri Sang Suami. Dipukul punggung Bagas cukup keras sambil dirinya berlalu menghampiri Luna, tatapan mata galaknya sesaat diarahkan ke Sang Suami.
Lalu dikerlingkan satu matanya pada Luna sambil menggandeng lengan Sang Adik Ipar kesayangannya itu. Mereka berjalan naik secara perlahan, meninggalkan Bagas yang sesaat membeku karena secara tidak langsung terkena teguran dari Sang Istri.
"Maaf ya, Dek. Kakak terpaksa kasih tau Mas mu, soalnya ini udah urgent. Tapi kamu tenang, kalau dia kelewatan, kakak bakal libas...," ujar berbisik Winda mencoba menenangkan Luna yang kelihatan cukup takut setelah melihat ekspresi Sang Kakak dan nada suara dingin yang hampir seumur hidup tidak pernah dia dengar.
Hanya senyum tipis yang dapat Luna perlihatkan pada Winda hingga tidak terasa mereka sampai di depan kamar perempuan muda itu.