Mohon tunggu...
Kata Kunci490
Kata Kunci490 Mohon Tunggu... Penulis Pemula

Suka nulis, makan dan main games

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anak Mama

5 Juli 2025   20:45 Diperbarui: 4 Juli 2025   17:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

BAB 02.

Aroma maskulin merebak disebuah ruang kerja sangat luas. Ruangan itu bukan hanya berisikan meja dan kursi kerja melainkan serangkaian sofa empuk juga televisi cukup besar nampak menghiasi dinding di depannya. Danar lelaki tidak begitu tampan dan selalu berwajah dingin serta angkuh itu terlihat sedang tenggelam sangat dalam pada berkas - berkas pekerjaannya. Beberapa urat tegas di kening kulit pucat lelaki itu mulai bermunculan seiring dengan kerutan di kedua alis tebalnya terbentuk saat membaca sebuah laporan.

Tok...

Tok...

Tok...

Ketukan 3 kali terdengar dari luar ruangannya. Danar menghela napas singkat dan tanpa melihat kearah asal suara, lelaki itu memberi perintah pada Sang Tamu untuk masuk dan perlahan daun pintu yang terbuat dari campuran besi itu terbuka. Sosok lelaki muda tampan dengan perawakan cukup pendek masuk dengan langkah penuh keraguannya, sembari berjalan mendekat kearah Danar, terlihat kartu tanda pengenal yang dikenakannya pun ikut bergoyang hingga menimbulkan suara kecil yang sampai mengusik telinga Sang Atasan, kedua alis Danar pun ikut naik secara perlahan. Disaat bersamaan wajah lelaki berkulit pucat itu seketika berubah merekah ketika dilihat kehadiran Sang Tamu.

"Sean, duduk..." ujar Danar dengan senyum yang sangat jarang ditunjukkan pada para bawahannya yang lain.

Lelaki muda bernama Sean itu membalas senyuman Danar, namun bahasa tubuhnya menolak untuk duduk hingga membuat atasannya tersebut merasakan sebuah keanehan.

"Terimakasih Pak. Hehm, begini Pak...," ucap Sean sambil membenahi intonasi suaranya yang agak serak dan agak bergetar.

Danar merubah posisi duduk dari tegak menjadi bersandar di dinding kursi dengan kedua tangan terjalin di bawah ujung dasinya sesaat dan dilanjutkan perlahan dilepas kacamata minus yang dikenakannya dengan pandangan lurus ke hadapan Sean.

"Ini berkas hasil wawancara kemarin dan juga...," lagi - lagi ucapan Sean terhenti, kali ini sambil menyerahkan satu lagi sebuah amplop berdampingan dengan berkas tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun