Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Maaf Sudah Habis, Silakan Coba Lagi di Kehidupan Berikutnya

26 Februari 2025   09:09 Diperbarui: 26 Februari 2025   09:09 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: pixabay/kalhh)

Kondisi ini bukan sekadar drama, tapi sudah jadi fenomena sosial yang banyak terjadi di hubungan pertemanan, keluarga, bahkan asmara.

Psikolog menyebut ini sebagai "forgiveness fatigue", kelelahan emosional akibat terus-menerus memaafkan tanpa adanya perbaikan dari pihak yang bersalah. Studi dari Journal of Social and Clinical Psychology menunjukkan bahwa memaafkan secara berulang tanpa resolusi yang jelas justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Jadi, kalau kamu merasa lelah, itu wajar. Hati juga perlu batasan, seperti pagar rumah yang mencegah maling masuk berulang kali.

Tidak Memaafkan Bukan Berarti Kamu Jahat

Di masyarakat kita, ada tekanan sosial yang kuat untuk selalu memaafkan. "Jangan pendendam, nanti hidupmu nggak tenang."

Tapi apakah semua orang layak dimaafkan? Apakah memaafkan berarti membiarkan diri terus jadi korban?

Tidak memaafkan bukan berarti kamu menyimpan kebencian. Kadang, itu hanya cara untuk melindungi diri. Kalau seseorang sudah berkali-kali melanggar kepercayaanmu, keputusan untuk tidak lagi memaafkan bukanlah kejahatan. Itu bentuk penghormatan pada dirimu sendiri.

Lagi pula, memaafkan itu seperti investasi. Kalau investasimu terus merugi, apakah kamu akan tetap bertahan hanya karena takut dibilang egois?

Sebuah riset dari American Psychological Association menyebutkan bahwa ketidakmampuan seseorang untuk menetapkan batasan emosional dapat menyebabkan burnout, kecemasan, hingga depresi. Artinya, terus-menerus memberi maaf kepada orang yang tidak berubah justru bisa merusak kesehatan mentalmu sendiri.

Jangan Sampai Maaf Jadi Diskon Tanpa Batas

Kita perlu realistis. Maaf itu bukan promo yang bisa digunakan berkali-kali tanpa konsekuensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun