Kemaskulinan luar biasa dari He Man juga sasaran empuk emak-emak sok feminis yang mengkhawatirkan dependency perempuan.
Lahh... karena dulu saat saya kecil, He Man hanya tayangan kartun hanya dipandang sebagai hiburan anak-anak yang mengajarkan soal yang jahat pasti kalah, kalopun kuat lebih baik andalkan kecerdikan dan kerjasama antar teman.
Zaman itu tidak ada tulisan BO, belum ada anjuran dampingi anak saat menonton.
Bapak saya bagaimana dapat mendampingi menonton, jam segitu ia masih di kebon belakang rumah selepas pulang kerja. Saat saya kecil PLN belum menjadi PT Persero sehingga gajinya tidak besar-besar amat. Jadi untuk mengenyangkan perut anak-anaknya Bapak menanam ubi, sayur mayur, pisang dan pepaya serta pelihara ayam dan bebek.
Ia masuk ke rumah menjelang magrib, untuk menghidupkan lampu strongking.
Lah kok bisa nonton tv? Ya bisalah, kita nonton pake accu mobil. Ha ha meski saya merasakan menonton televisi pakai accu charge tidak terlalu lama, pernah dijewer karena menonton sampai malam oleh Kakak saya. Bukan karena kuatir saya kurang tidur, karena buat mencharge accu tersebut cukup jauh, dan untuk kesana perlu mendorong gerobak, accu mobil yang digunakan besar.Â
Kami tidak kuat mengangkutnya dengan sepeda.
Saya pasti menemani kakak ke tempat charge accu. Bukan buat mendorong gerobak, tapi untuk ikut naik gerobak. Senjata pamungkas ya nangis kenceng kalo gak diajak atau merayu "Atak (Kakak maksudnya, Palembang kakak laki-laki disebut kakak, kalau perempuan Ayuk) kan sekuat dan sebaik He Man, he he dipuji gitu asyik dong duduk manis di atas gerobak.
Bisa bayangkan manisnya saat saya masih kecil bukan?