Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

'La Barka', Perahu Retak di Lautan Kehidupan

20 September 2025   19:27 Diperbarui: 20 September 2025   19:27 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam percakapan sehari-hari, terlihat pula kontras cara pandang. Orang-orang Prancis dalam novel digambarkan lebih bebas dalam memandang cinta dan perkawinan. Sementara Rina masih memikul warisan nilai yang menekankan kesetiaan mutlak.

Melalui benturan budaya ini, Nh. Dini menyodorkan refleksi yang tajam: bahwa globalisasi nilai bukan sekadar soal gaya hidup, tetapi juga benturan moral. La Barka menjadi cermin lintas budaya yang menantang pembaca Indonesia untuk berani melihat diri sendiri dengan lebih jujur.

Kritik terhadap Dominasi Maskulin

Salah satu benang merah novel ini adalah potret laki-laki yang egois, kaku, dan enggan menghargai perempuan. Suami Rina, misalnya, digambarkan sebagai sosok yang tak segan merendahkan istrinya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh laki-laki lain yang lebih banyak menuntut daripada memberi.

Nh. Dini sengaja menekankan dominasi maskulin ini untuk menunjukkan ketidakadilan struktural dalam perkawinan. Bukan hanya persoalan individu, tetapi sistem sosial yang menempatkan perempuan di posisi subordinat.

Dalam banyak adegan, perempuan digambarkan lebih realistis dan tegar. Mereka justru mampu mengasuh anak, menata hidup, dan bangkit dari keterpurukan. Sebaliknya, laki-laki kerap tampil lemah, egois, bahkan pengecut.

Kritik ini masih relevan hingga kini. Di tengah isu kesetaraan gender yang belum sepenuhnya tercapai, La Barka menjadi pengingat bahwa perjuangan perempuan bukan hanya melawan stigma, tetapi juga struktur sosial yang bias.

Realisme dalam Gaya Narasi

Sebagai pengarang realis, Nh. Dini menulis dengan detail yang padat. Semua tokoh, peristiwa, dan percakapan digambarkan lengkap hingga menimbulkan kesan penuh sesak. Jakob Sumardjo menilai hal ini membuat komposisi cerita terasa datar. Namun, Subagio Sastrowardoyo menyebutnya sebagai pilihan sadar untuk menghadirkan realisme tinggi.

Alur cerita yang mengalir tanpa simpulan tegas adalah cerminan hidup nyata. Tidak ada jawaban mutlak, hanya pengalaman yang berulang, berjejal, dan sering melelahkan. Dengan gaya itu, Dini mengajak pembaca masuk ke denyut kehidupan apa adanya.

Realisme ini memperkuat kejujuran pengarang. La Barka tidak dibangun untuk menawarkan solusi, melainkan untuk memotret realitas. Ia seakan berkata: beginilah kehidupan perempuan, dengan segala luka dan keberaniannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun