Masyarakat dan komunitas memiliki peran strategis dalam mendukung upaya anti-bullying. Kampanye kesadaran dan edukasi publik tentang bahaya bullying perlu digalakkan secara luas.
Kerjasama antar komunitas, lembaga sosial, dan sekolah memperkuat jejaring pengawasan dan penanganan bullying. Pembentukan kelompok dukungan sebaya (peer support) dapat menjadi ruang aman untuk berbagi dan membantu korban.
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap bullying harus dijawab dengan peran aktif komunitas dan keterlibatan media dalam edukasi publik.
Refleksi bahwa bullying bukan hanya persoalan sekolah, tetapi masalah sosial yang perlu tindakan bersama.
Penutup
Kasus yang dialami siswa di SMA Negeri 1 Purwokerto mengingatkan kita bahwa setiap anak berhak belajar di lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan. Komitmen bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. "Pendidikan yang bermakna lahir dari lingkungan yang aman dan penuh kasih," kata seorang pendidik.
Dengan menekankan empati, pendidikan karakter, dan pendampingan holistik, kita bisa mencegah bullying dan membentuk generasi masa depan yang sehat secara psikologis. Mari jadikan sekolah ruang suci pembelajaran, bukan tempat ketakutan. Seperti kata Jane Elliott, aktivis anti-bullying, “Tidak ada yang dilahirkan untuk membenci; kebencian itu diajarkan, dan itu bisa dilawan dengan pendidikan dan kasih sayang.”
Disclaimer:
Artikel ini berdasarkan sumber berita dari Kompas.com dan analisis editorial. Pendapat dalam artikel adalah interpretasi penulis yang bertujuan memperkaya diskursus publik tentang perundungan di sekolah.
Daftar Pustaka
Kompas.com. (2025, 9 Agustus). Cemas dan Sedih Asiyah, Anaknya yang Ceria Jadi Pendiam Sepulangnya MPLS di SMA Purwokerto. https://regional.kompas.com/read/2025/08/09/055433378/cemas-dan-sedih-asiyah-anaknya-yang-ceria-jadi-pendiam-sepulangnya-mpls-di?page=all#page2