Salah satu tantangan dalam penanganan kasus adalah kurangnya bukti dan sulitnya berkomunikasi dengan korban, sebagaimana dialami SMA Negeri 1 Purwokerto. Kondisi ini menuntut peningkatan kapasitas tenaga pendamping dan pengelola sekolah dalam menangani korban dengan pendekatan empatik dan profesional.
Refleksi yang dapat diambil adalah penanganan bullying harus bersifat menyeluruh, melibatkan aspek psikologis, sosial, dan hukum agar tercipta lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
2. Tantangan Pendampingan Korban dan Peran Sekolah
Sekolah menghadapi kesulitan saat korban bullying sulit berkomunikasi, yang menghambat proses pendampingan dan penyelidikan. Pendampingan psikologis yang intensif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar korban dapat pulih dan kembali ke sekolah dengan aman.
Sekolah harus menyediakan tenaga ahli psikologi dan konselor yang kompeten serta melaksanakan program pencegahan bullying secara proaktif, bukan hanya reaktif. Peran keluarga dalam proses pendampingan juga sangat penting agar korban mendapat dukungan penuh di rumah.
Komitmen sekolah untuk menjadi tempat bebas bullying harus diwujudkan melalui kebijakan yang jelas, sosialisasi berkala, dan pengawasan ketat antar siswa. Pendekatan restoratif juga dapat diterapkan agar pelaku menyadari dan memperbaiki perilaku.
Refleksi penting adalah membangun budaya sekolah yang berlandaskan empati dan solidaritas antar siswa sebagai upaya utama mencegah bullying.
3. Peran Keluarga dalam Menangani Dampak Perundungan
Keluarga merupakan lini pertama yang merasakan dampak bullying dan berperan besar dalam membantu korban mengatasi trauma serta memulihkan kepercayaan diri. Dukungan dan perhatian keluarga sangat krusial.
Namun, seringkali keterbatasan pengetahuan dan pengalaman keluarga dalam menangani kasus bullying menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, keluarga perlu mendapat edukasi dan akses layanan psikologis agar dapat mendampingi dengan tepat.
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap dampak bullying dan cara penanganannya juga perlu mendapat perhatian. Pemerintah dan sekolah hendaknya bekerjasama menyediakan program edukasi bagi keluarga, seperti workshop dan konsultasi psikologis.