Namun jika kita menilai Terusir sebagai karya sastra sosial, maka kekurangannya justru menjadi daya tarik. Ia tidak menawarkan penyelesaian sempurna. Ia hanya memberi cermin. Dan dari situlah kita diajak bertanya: apakah hari ini kita sudah lebih baik dari masyarakat dalam cerita itu?
Penutup: Membaca untuk Belajar Mengasihi
"Zaman muda adalah zaman beruntung, sebab orang muda belum tahu bagaimana sukarnya penghidupan yang akan ditempuh." -- Buya Hamka
Membaca Terusir bukan hanya menikmati kisah getir seorang perempuan. Tapi juga belajar untuk lebih mengasihi, lebih memahami, dan lebih berhati-hati dalam menghakimi. Mariah bisa jadi siapa saja: ibu kita, tetangga kita, atau bahkan diri kita sendiri.
Dan mungkin, itu pesan paling jujur dari Hamka. Bahwa dalam hidup ini, janganlah kita mudah mengusir. Karena siapa tahu, yang kita usir adalah cinta paling murni yang pernah datang dalam hidup kita. Wallahu a'lam.
Daftar Pustaka:Â
Hamka. (2016). Terusir. Jakarta: Gema Insani.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI