Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

Fihi Ma Fihi: Menepi dalam Keheningan, Menemukan Arah Jiwa (3)

29 Mei 2025   10:55 Diperbarui: 29 Mei 2025   10:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penutup

Langkah terakhir dalam perenungan ini bukanlah titik akhir, melainkan jeda sejenak untuk menarik napas dan menatap ulang arah. Dalam perjalanan hidup, tikungan-tikungan tajam sering kali mengejutkan, namun justru di situlah kita dipaksa untuk melambat, menoleh ke dalam, dan menemukan cermin paling jujur tentang siapa diri kita sebenarnya. Hidup bukan hanya tentang ke mana kita ingin sampai, tapi juga tentang bagaimana kita melangkah.

Maka, mari sesekali menepi. Bukan untuk menyerah, tapi untuk menyadari kembali alasan kita berjalan. Mungkin dari sepuluh pasal yang telah dibaca, ada satu yang diam-diam mengetuk hati. Pertanyaannya kini: sudahkah kita cukup hadir, cukup hening, untuk benar-benar mendengarkannya? Wallahu a’lam. 

Daftar Pustaka

Rumi, Jalaluddin. Fihi Ma Fihi: Inilah yang Tersirat. Terj. oleh Haidar Bagir. Jakarta: Mizan, 2003.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun