Mohon tunggu...
Franhky Wijaya
Franhky Wijaya Mohon Tunggu... Praktisi Perencanaan Properti

Setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia properti, saya merasa waktunya berbagi insight yang bisa berguna bagi sesama praktisi dan keluarga Indonesia. Fokus saya di bidang perencanaan, mulai dari pengembangan rumah tapak, ruko, pergudangan, hingga apartemen.

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Menata Rumah, Menemukan Diri

9 September 2025   07:00 Diperbarui: 10 September 2025   15:02 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada masa-masa ketika hidup terasa penuh sesak dan tak teratur. Rasanya seperti sedang berlari di labirin tak berujung, tubuh terus bergerak tanpa jeda, sementara rutinitas berjalan seperti mesin yang tak pernah berhenti. Pikiran pun berantakan, seperti lembar-lembar catatan yang berserakan dan menumpuk hingga sulit ditemukan mana yang penting.

Dalam kepadatan itu, muncul kegelisahan yang sulit dijelaskan, seolah ada sesuatu yang selalu mengganjal di dalam diri. Perlahan saya menyadari, kegaduhan batin itu bisa jadi cerminan dari kondisi di sekitar saya. Rumah, yang seharusnya menjadi tempat bernaung, justru ikut kacau dan itu adalah pantulan paling jujur dari apa yang sedang saya alami di dalam diri.

Kekacauan di dalam rumah

Saya rasa banyak dari kita juga pernah merasakannya. Momen ketika meja kerja mulai dipenuhi tumpukan kertas yang tak penting, rak perkakas berantakan atau ketika sudut-sudut rumah terasa sesak oleh barang-barang yang tidak pernah benar-benar kita gunakan. Pemandangan itu bukan sekadar ketidakrapihan visual. Bagi saya, itu adalah tampilan fisik dari pikiran yang kacau. Rasanya seperti ada beban tak terlihat yang menempel di setiap benda, menciptakan suasana yang berat dan menekan.

Saat itu saya tahu, ada sesuatu yang harus dibereskan. Bukan hanya pikiran saya, tetapi juga ruang di sekitar saya. Menata rumah akhirnya menjadi cara paling efektif untuk menata ulang hidup. Saya memang tidak selalu tahu harus mulai dari mana saat menghadapi masalah besar yang terasa abstrak, tetapi saya bisa memulainya dari hal yang paling dekat dan nyata yaitu merapikan ruang tempat saya berdiri. Ini juga menjadi pengingat bahwa untuk menyelesaikan masalah yang rumit, kadang kita harus memulainya dari tindakan yang paling sederhana.

Kekuatan sederhana untuk mengambil kendali

Dalam kekacauan yang tak terhindarkan ada kekuatan besar yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan. Aktivitas seperti menyusun ulang meja kerja, membersihkan lantai atau merapikan lemari, memberi saya rasa kendali yang sangat berharga. Di saat banyak hal di luar sana yang tidak bisa saya atur, setidaknya saya bisa mengatur ruang saya sendiri. Ada kepuasan tersendiri ketika saya melihat hasil dari tangan saya sendiri, bukan karena ingin dipuji, melainkan karena saya tahu saya sedang menjaga tempat yang menjadi bagian penting dari hidup saya.

Proses ini lebih dari sekadar bersih-bersih. Ia adalah sebuah "ritual", sebuah bentuk meditasi yang nyata. Saat saya menyapu lantai, saya tidak hanya menyingkirkan debu, tetapi juga pikiran-pikiran yang mengganggu. Saat saya menyusun buku di rak, saya tidak hanya menciptakan kerapian visual, tetapi juga menata kembali alur ide di kepala. Setiap gerakan kecil adalah langkah untuk kembali fokus, menenangkan batin, dan merasakan kekuatan dari tindakan nyata. Sensasi menggerakkan tangan, merasakan tekstur debu yang menghilang, atau mendengar suara gesekan sapu, semuanya memberikan kepuasan tersendiri.

Berani melepaskan, membentuk ruang baru

Proses ini berlanjut pada tahapan yang lebih dalam dan emosional, yaitu memilah barang. Saya mulai memilah barang-barang yang selama ini saya simpan. Ada benda-benda yang sudah bertahun-tahun tidak saya sentuh, tapi tetap saya pertahankan karena alasan yang tidak jelas, seperti "siapa tahu nanti butuh" atau "ini hadiah dari teman" atau "ini kenangan masa lalu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun