Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Jurnal, Waltz, dan Perbukitan Manchuria

26 November 2020   11:24 Diperbarui: 26 November 2020   12:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Warfare History Network

Beberapa jam telah berlalu, dan kuping Viktor kebisingan oleh teriakan-teriakan dari kedua pihak, suara-suara tembakan dan ledakan yang dahsyat, ia hampir tidak bisa berdiri dan konsentrasi. 

Viktor maju dengan susah payah- salju menghantam wajahnya, bahkan ada yang masuk ke matanya; namun ia tidak bisa berhenti untuk mengucaknya. 

Kemenangan Rusia lebih penting daripada mata kelilipan. Ia melaju dengan semangat yang membara, menembak kesana-sini, menarik kawannya yang hampir kena peluru, dan melihat banyaknya kawan-kawan seperjuangannya yang jatuh dengan lemas ke dataran yang dingin. 

Tembakan senjata yang hebat bertemu dengan garis infanteri.

Percikan-percikan merah darah pun menghiasi putihnya salju, layaknya sesuatu yang murni dikotori oleh dosa. Lebih banyak pejuang yang rubuh ke tanah, jiwa mereka dijemput oleh malaikat maut, dan dibawa ke penghakiman Tuhan Yang Maha Esa. Wajah Viktor yang awalnya hanya kotor karena tanah sudah mulai tertetes darahnya sendiri. 

Igor yang awalnya berada tidak jauh darinya pun sudah tidak tahu ada dimana, dan sebuah pikiran terbesit di otak Viktor, namun ia membuangnya jauh-jauh. Tidak, Igor pasti masih hidup. 

Tanah bangkit di depannya,
Pecahan peluru meledak di langit.

Viktor pun berlari kencang, menghindari tembakan meriam, dan nyaris saja terkena ledakan bom dari tanah. Ia menunduk sambil berlari saat shrapnel-shrapnel menghujani dirinya. 

Rasa perih yang teramat di pipinya dan lengannya yang terkena gesekan peluru tidak membuatnya berhenti berlari. Prajurit muda itu terus menerjang. Ia optimis Rusia akan memenangkan pertempuran ini dengan cepat, karena it's a piece of cake, kan? 

Andai saja Viktor tahu betapa besarnya dan betapa sulitnya pertempuran yang satu ini akan berlanjut. Mungkin ia akan menarik kata-katanya yang sering ia ucapkan saat berkumpul dengan kamerad-kameradnya, kata-kata yang terkesan remeh.

Peniup selompret muda itu jatuh terdiam,
Pawai pertempuran pun hampir tak terdengar

Dan cornet-nya tidak terdengar, dan tanduk Perancis-nya,
Hanya pemain trompet berambut abu-abu yang bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun