Mohon tunggu...
Karina Himalaya
Karina Himalaya Mohon Tunggu... BPS Kabupaten Bangli

Baru-baru ini mulai tertarik menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Petani Bangli Terjepit Harga Rendah, Hortikultura Perlu Naik Kelas

19 September 2025   20:18 Diperbarui: 19 September 2025   20:18 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Potensi dan Arah Pembangunan Pertanian Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli merupakan salah satu wilayah administratif di Bali yang memiliki potensi besar di sektor pertanian, khususnya hortikultura dan perkebunan. Potensi ini didukung oleh keberagaman kondisi geografis, iklim, dan tingkat kesuburan tanah yang ideal. Topografi yang didominasi dataran tinggi dan iklim yang sulit diprediksi menjadikan budidaya tanaman pangan kurang cocok di daerah ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali tahun 2024, produksi jeruk siam Bangli mencapai 837.990 kuintal, diikuti pisang sebesar 393.333 kuintal, bawang merah 326.221 kuintal, dan kubis 101.727 kuintal. Sementara itu, pada subsektor perkebunan, produksi kopi mencapai 32.620 kuintal dan kelapa sebesar 30.510 kuintal. Bangli merupakan kontributor terbesar di Bali untuk komoditas bawang merah, dengan kontribusi mencapai 92,94 persen. Dominasi ini berlanjut pada produksi kubis, jeruk siam, dan kopi arabika yang masing-masing menyumbang 81,74 persen, 67,91 persen, dan 57,15 persen dari total produksi provinsi.

Tingginya kapasitas produksi pertanian menjadikan sektor ini sebagai tulang punggung perekonomian Bangli. Hal tersebut tercermin dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bangli yang mencapai 27,23 persen. Di samping itu, sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja sekitar 37,27 persen dari total penduduk bekerja di Bangli. Peran strategis sektor pertanian juga terlihat nyata saat pariwisata Bali mengalami kelumpuhan hebat pada masa pandemi Covid-19. Sebagai bentuk kepedulian sosial, kelompok tani dari wilayah Kintamani, salah satu kecamatan di Bangli, bahkan mampu membagikan paket sayuran yang berisi bawang merah, cabai merah, labu siam, sawi, dan kopi bubuk kepada warga Denpasar yang terdampak pandemi.

Meski memiliki peran dominan, pertumbuhan sektor pertanian di Bangli relatif lambat dibandingkan sektor ekonomi lainnya, dengan pertumbuhan hanya 2,96 persen pada tahun 2024. Angka ini mengindikasikan bahwa daya dorong sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Bangli belum optimal. Fenomena nyata yang menguatkan indikasi ini terlihat saat kita mengamati rantai pasok. Harga yang diterima petani sering kali rendah dan belum mencerminkan kerja keras serta biaya produksi yang dikeluarkan. Rendahnya nilai jual produk hortikultura ini merupakan isu krusial yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani, ketahanan pangan lokal, dan masa depan pertanian di Bangli. Jika kondisi ini terus berlanjut, petani dipastikan akan kesulitan mempertahankan posisi mereka dalam rantai pasok, sehingga sebagian besar keuntungan hanya akan jatuh kepada pihak yang menguasai pengolahan dan pemasaran.

Tantangan ke Depan Pembangunan Pertanian Bangli

Masalah ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, mulai dari struktur rantai pasok, keterbatasan fasilitas, dan keterbatasan teknologi pengolahan. Banyak produk hortikultura yang mudah rusak, memaksa petani menjualnya dengan cepat, seringkali melalui pengepul atau tengkulak. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian akibat pembusukan, yang pada akhirnya menekan harga jual di tingkat petani menjadi rendah. Keadaan tersebut diperperah oleh belum meratanya akses terhadap fasilitas pasca panen yang memadai, seperti pendingin bersama (cold storage), rumah pengemasan, dan akses transportasi cepat ke pasar. Sebagian besar produk dijual dalam bentuk mentah tanpa pengolahan atau kemasan yang menarik. Padahal, nilai jual produk dapat meningkat secara signifikan hanya dengan pengolahan sederhana atau pengemasan yang rapi dan inovatif.

Rendahnya nilai jual produk hortikultura memberikan dampak berantai pada petani Bangli. Secara langsung, hal ini menyebabkan pendapatan petani tidak menentu yang meningkatkan kerentanan ekonomi petani terhadap fluktuasi harga dan gagal panen. Kondisi ekonomi petani yang tidak stabil menyebabkan generasi muda enggan terjun di sektor pertanian. Hal ini menyebabkan degradasi tenaga kerja pertanian dan potensi hilangnya pengetahuan pertanian lokal. Selain itu, rendahnya nilai tambah mendorong alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau fasilitas pariwisata, yang pada akhirnya mengancam ketahanan pangan lokal.

Strategi Mengolah Potensi Menjadi Prestasi

Rendahnya nilai jual produk pertanian di Bangli bukanlah masalah tanpa solusi, mengingat pertanian adalah sektor unggulan di wilayah ini. Bangli berpeluang untuk memanfaatkan keunggulan komparatif pertaniannya. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan melalui transformasi struktural untuk penguatan produktivitas sektor pertanian yang akan mendorong industri pengolahan produk pertanian atau hilirisasi produk pertanian. Hilirisasi produk pertanian dapat menjadi strategi kunci untuk meningkatkan nilai jual, memperluas lapangan kerja, menjaga stabilitas harga, mengurangi pemborosan hasil panen, serta memperkuat ketahanan pangan dan daya saing produk lokal.

Langkah awal, pemerintah daerah wajib mendorong percepatan pembangunan fasilitas pascapanen skala lokal. Pembangunan fasilitas yang dimaksud bukanlah proyek besar di satu atau dua lokasi, melainkan fasilitas yang mudah diakses oleh kelompok petani. Kedua, peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan praktis tentang pengolahan sederhana (seperti pembuatan selai, jus, sayur beku, atau produk kering) dan kemasan akan membuka dan memperluas peluang pasar baru. Ketiga, memperkuat kemitraan antara pertanian dan sektor pariwisata. Restoran, hotel, dan kafe lokal harus didorong untuk memprioritaskan produk lokal melalui kebijakan pembelian lokal atau label "Produk Bangli" yang menunjukkan kualitas dan asal produk.

Tidak hanya produsen, konsumen juga berperan dalam pembangunan pertanian di Bangli. Peran tersebut adalah dengan memilih untuk membeli produk hortikultura lokal di pasar tradisional, toko komunitas, atau melalui program CSA (Community Supported Agriculture). Dengan tindakan ini, konsumen secara langsung membantu menstabilkan permintaan dan memberikan insentif kepada petani untuk mempertahankan usaha mereka. Selain itu, pengembangan pemasaran digital oleh kelompok tani menjadi kunci untuk membuka akses pasar yang lebih luas dan mengurangi ketergantungan pada perantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun