"Kesuksesan sejati bukan tentang seberapa tinggi kita berdiri, tetapi seberapa rendah hati kita menapaki bumi."( Tjiptadinta Effendi)
Pernahkah kita melihat pohon yang semakin tinggi justru semakin merunduk? Batangnya kokoh, cabangnya menjulang, namun daunnya tetap teduh menaungi siapa pun yang singgah di bawahnya. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Semakin tinggi pencapaian, seharusnya semakin rendah hati kita menapaki bumi.
Di dunia ini tidak ada yang abadi. Yang kaya maupun yang miskin, pada akhirnya akan meninggalkan semuanya. Karena itu, bila merasa diri sukses, syukurilah, tetapi tetaplah hidup membumi. (Tjiptadinata Effendi)
Kata "sukses" memiliki banyak makna. Setiap orang memiliki definisinya masing-masing. Apa yang bagi kita dianggap sebuah kesuksesan, mungkin bagi orang lain tidak berarti apa-apa. Sukses juga tidak identik dengan kaya. Sebagaimana orang sukses belum tentu kaya, demikian pula orang kaya belum tentu merasa dirinya sukses. Maka jika kita merasa telah meraih kesuksesan, syukurilah dan tetaplah membumi.
Bagi seorang petani, bila sawahnya terairi dengan baik dan padinya tidak terserang hama, itu sudah bisa dimaknai sebagai kesuksesan. Bagi seorang yang tinggal di desa, memiliki rumah sendiri dan sawah sepetak sudah membuatnya merasa sukses. Namun, standar "sukses" akan berbeda bagi orang-orang yang tinggal di kota, yang biasanya memiliki tingkat dan kriteria lebih tinggi.
Jangan Sombong, Tetaplah Membumi
Memiliki rumah, kendaraan pribadi, dan deposito di bank mungkin merupakan impian yang dikejar bertahun tahun, bahkan puluhan tahun. Ketika akhirnya tercapai, tentu ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri karena berhasil meraih cita-cita hidup. Itu patut kita syukuri sepanjang hayat.