Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Segala yang Diisap Langit", Refleksi Tradisi dan Perubahan

10 Agustus 2025   21:34 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover depan: "Segala yang Diisap Langit”,  Refleksi Tradisi dan Perubahan (Dok. Pustaka Digital Mitra Netra)

"Segala yang Diisap Langit”,  Refleksi Tradisi dan Perubahan

“Pergulatan manusia di tengah ombak perubahan zaman, tak ada yang tahu ujung jalan yang kita pilih.”

Oleh Karnita

Pendahuluan

Menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-80, suasana nasional dipenuhi refleksi atas sejarah dan budaya bangsa. Di tengah momentum ini, novel Segala yang Diisap Langit karya Pinto Anugrah hadir sebagai karya sastra yang menelisik akar budaya dan pergolakan zaman di Minangkabau.

Dengan latar zaman kejayaan dan kejatuhan bangsawan Minangkabau, novel ini kaya akan nilai dan simbol yang menghubungkan sejarah lokal dengan isu universal tentang identitas dan ketahanan budaya. Relevansi kisah ini terasa kuat di era modern, ketika tradisi dan perubahan sering beradu.

Saya mengapresiasi konsistensi Pinto Anugrah mengangkat tema sejarah dan sosial dalam karyanya. Novel ini menyuguhkan perspektif segar dan bermakna, sekaligus menjadi bahan renungan penting tentang pergulatan adat dan iman dalam konteks zaman yang terus berubah.

Sinopsis Novel Segala yang Diisap Langit

Segala yang Diisap Langit menceritakan perjalanan Rabiah, seorang perempuan pemberani dari keluarga bangsawan Minangkabau, yang bertekad mematahkan mitos bahwa garis keturunan bangsawan akan terputus pada generasi ketujuh. Berjuang keras untuk memperoleh keturunan perempuan yang akan meneruskan garis keluarga, Rabiah bahkan rela menjadi istri kelima seorang lelaki ternama yang diyakini mampu memberikan anak perempuan.

Konflik utama muncul ketika saudara laki-laki kesayangan Rabiah, Magek, menjadi penghalang terbesar. Setelah bergabung dengan Kaum Padri, Magek membawa ideologi baru yang keras, menentang adat lama dan nilai-nilai keluarga. Pertentangan ini memuncak dalam pembantaian yang menghancurkan harta, adat, dan masa lalu Rabiah, yang juga menjadi simbol hancurnya kejayaan bangsawan di era itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun