Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bagaimana Rumor dalam Perekonomian Memengaruhi Perilaku Masyarakat?

18 November 2022   19:42 Diperbarui: 24 November 2022   12:18 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perilaku manusia dan ciri-cirinya(freepik.com/macrovector via kompas.com)

Fisika juga melakukan hal yang sama. Namun, di dalam ilmu fisika, suatu fenomena tidak terikat pada model yang kita punya mengenai fenomena tersebut. 

Jadi, ahli meteorologi tidak perlu perlu khawatir cuaca akan berubah ketika ia membuat prediksi tertentu. 

Sedangkan dalam ilmu sosial seperti ekonomi, suatu fenomena sangat dipengaruhi oleh teori kita mengenai fenomena tersebut, karena teori mempunyai kekuatan untuk mengubah perilaku seseorang. 

Dengan ini, kita bisa mendapatkan false positive, yaitu ketika seorang ahli menetapkan sesuatu yang benar padahal sebenarnya salah. Ataupun, kita bisa mendapatkan false negative, yaitu ketika seorang ahli mengatakan sesuatu yang salah padahal sebenarnya itu benar (Yanis Varoufakis, 2021).

Sebagai contoh, mari kita andaikan seorang analis di bidang keuangan dengan tidak sengaja membuat unggahan yang salah dengan berkata bahwa esok hari, bursa saham akan jatuh. Jika sejauh ini reputasinya baik, maka bisa saja bursa saham memang akan jatuh. 

Tetapi, dalam kasus ini, hal itu terjadi bukan karena teori yang mendasarinya baik, karena ia membuat unggahan tersebut berdasarkan kesalahan. 

Bursa saham yang memberikan respon terhadap teori tersebut dan seseorang yang membuat prediksi. Peristiwa ini merupakan contoh dari false positive.

Contoh lainnya, jika seorang perancang sistem lalu lintas menggunakan data, sensor lalu lintas, dan model matematis, kemudian menghasilkan prediksi bahwa jalanan di sekitar Jakarta Pusat akan macet total pada malam hari ini. 

Lalu, katakanlah banyak stasiun televisi dan radio menyiarkan berita tersebut. Tidak akan ada kemacetan lalu lintas di jalan itu. 

Apakah ini karena teori yang digunakan salah? Atau karena orang-orang percaya akan ada kemacetan lalu lintas dan memutuskan untuk tidak melalui jalan itu sehingga tidak muncul kemacetan? Inilah wujud dari false negative. 

Dua contoh di atas menunjukkan alasan mengapa, terkadang, ilmu ekonomi lebih dekat dengan ilmu psikologi daripada matematika.

Menganalisis Tren Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun