Hal ini digambarkan oleh indikator selanjutnya yaitu konsumsi rumah tangga, yang masih menjadi kunci kekuatan ekonomi Indonesia.Â
Berdasarkan data dari Databoks Indonesia, konsumsi rumah tangga saat ini sudah hampir sepenuhnya pulih dan kembali seperti sebelum masa pandemi berkat bantuan sosial yang disalurkan oleh pemerintah membantu mempertahankan daya beli kelompok masyarakat bawah.Â
Walaupun mengalami kontraksi sebesar 0,3% di kuartal ketiga tahun ini, jumlah pengeluaran masih memberikan sinyal positif.
Sampai pada bulan Agustus 2022, data dari McKinsey Company menunjukkan alokasi konsumsi masyarakat menengah atas bertambah pada barang-barang tersier di kategori perjalanan, perangkat elektronik, dan perhiasan.Â
Masyarakat yang sudah "berani" menambah pengeluaran di kategori ini menyiratkan bahwa masih ada optimisme terhadap perekonomian.Â
Namun, seperti yang ditunjukkan Databoks, pertumbuhan konsumsi tepatnya pada kuartal ketiga mengalami penurunan sebesar 0,3%, di tengah muculnya rumor perekonomian yang gelap pada tahun 2023. Di sisi lain, tabungan masyarakat meningkat.Â
Konsumsi yang mengalami penurunan dengan peningkatan pada tabungan menunjukkan bahwa masyarakat memberikan respon terhadap rumor "ekonomi gelap" tersebut. Hal ini merupakan reaksi yang wajar yaitu adanya motivasi untuk berjaga-jaga.Â
Selain konsumsi dan tabungan, investasi juga menjadi salah satu tolak ukur produktivitas masyarakat dalam pasar dan perekonomian.Â
Investasi dibutuhkan untuk mendorong perekonomian agar tingkat pengangguran tidak semakin meningkat, terutama di masa-masa inflasi dan ketidakpastian ini.Â