Albert Ellis mengemukakan bahwa perasaan manusia tidak langsung dipengaruhi oleh peristiwa, melainkan oleh cara berpikir tentang peristiwa tersebut. Dalam model ABC-nya: A (Activating Event) adalah peristiwa yang terjadi, B (Belief) adalah keyakinan atau pikiran kita tentang peristiwa itu, dan C (Consequence) adalah hasil emosional atau perilaku yang muncul. Kebanyakan orang mengira A langsung menyebabkan C, padahal yang menentukan sebenarnya adalah B cara kita menafsirkan kejadian. Misalnya, ketika seorang teman tidak menyapa, seseorang bisa merasa sedih jika berpikir temannya marah, tetapi akan tetap tenang jika berpikir temannya hanya sedang sibuk. Artinya, peristiwa mungkin sama, tetapi reaksi bisa berbeda karena pikiran yang berbeda.
Albert Ellis berpendapat bahwa penderitaan emosional muncul dari pikiran irasional. Dengan mengubah cara berpikir menjadi lebih rasional dan realistis, seseorang dapat mengubah perasaannya. Misalnya, kegagalan wawancara kerja tidak perlu dianggap sebagai kegagalan total, tetapi sebagai kesempatan untuk belajar. Pikiran yang benar mengubah perasaan dan menciptakan tindakan positif, meski situasi luar tetap sama.
Pemikiran Albert Ellis menekankan bahwa kekuatan logika dan kesadaran rasional dapat membentuk emosi. Ia menunjukkan bahwa berpikir positif bukan sekadar harapan kosong, tetapi bentuk tanggung jawab untuk memilih cara berpikir yang sehat. Ellis mengajarkan bahwa pikiran adalah arsitek emosi kita bukan korban peristiwa, melainkan penafsir aktif dari peristiwa itu. Dengan berpikir rasional, kita dapat mengubah cara merasa dan akhirnya mengubah hidup. Menurutnya, kebahagiaan bukan soal menemukan dunia yang sempurna, tetapi belajar berpikir dengan cara yang sehat tentang dunia yang tidak sempurna.
Tabel tersebut merangkum lima tokoh utama dalam pemikiran berpikir positif.
Marcus Aurelius dan Epictetus, dari aliran Stoikisme, menekankan bahwa kebahagiaan dan penderitaan tidak ditentukan oleh peristiwa luar, melainkan oleh cara kita menilainya. Nietzsche, melalui konsep Amor Fati, mengajarkan untuk mencintai kehidupan sepenuhnya, termasuk penderitaan. William James menegaskan bahwa keyakinan dan pikiran positif dapat membentuk kenyataan dan pengalaman hidup seseorang. Sementara Albert Ellis, pelopor psikologi modern, menekankan pentingnya berpikir rasional karena pikiran menentukan emosi dan perilaku. Kelima tokoh ini sama-sama mengajarkan kekuatan pikiran dalam membentuk kehidupan yang sehat, tangguh, dan bermakna di era modern.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI