Berdiri mematung menantang matahari, wajahnya kuyuh terendam debu putih, tangan mengepal seperti memecah bui, mulut komat-kamit mengucap mantra penguat hati.
Apa yang pergi, biarlah larut bersama samudera mimpi. Kekasih, kenangan, mimpi-mimpi, hanya jejak kepiluan tak hendak lagi.
Jangan tanya tentang rindu kepadanya, jangan ulang-ulang bayangan tangis yang dulu lagi. Perempuan itu meremas hayal hingga membakar sunyi. Biar punah tak bersisa aroma pedih, cukup sekali terjadi.
Hingga matahari hendak beranjak pulang, perempuan itu hanya menghirup napas sebentar. Jiwanya meliuk memenuhi lorong hayali, sukmanya tiada meronta tiada sedih mengggapai tangga maknawi.
"Mengapa sedih, haruskah patah hati. Kehilangan hanya sekelumit cerita di lahan kehidupan".
*****
Baganbatu, juni 2021
Â