Memandangmu, wajah yang rimbun oleh kepedihan, airmata mengalir menggurat seribu dua ratus peristiwa. Kecewa yang ada, semak-belukar resah, hingga ranting-ranting kurus kesepian jiwa. Semua berakar dari setia tak bermata, tak peduli seperti apa hati berwarna. Hitam, putih, bahkan tak berbentuk lagi.
Mengingatmu dalam gumam, menyebut pelangi namamu dalam diam. Engkau yang terpatung dan terpasung, engkau yang terhampa dalam memuja., menyendiri atau bersama, menyatu atau terpisah. Â Hanya keriuhan airterjun pasrah yang engkau punya. Dan itu sangat berharga.
Menuliskanmu dalam sajak pencerah jiwa, melakonkanmu dalam sendratari beromansa cinta, semakin mendalam aku menggali kehalusan rasa. Itu singgasana mahkota yang engkau jaga.
Engkau perempuan dalam sejuta puja. Aku mengagumimu sepenuh jiwa.
*****
Baganbatu, april 2021