Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Merawat Jendela-jendela Hati

20 Mei 2019   23:06 Diperbarui: 20 Mei 2019   23:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika takbir pertama berkumandang, ada genangan air mata menenggelamkan kepedihan hati, menghadirkan sekian laksa riak riak, membungkam dan menyapih rasa resa di sekujur sedih. Aku menangis,aku meraung raung dalam kefanaan yang menguliti,bahkan aku berguling di atas samudera bara api

Kini jendela jendela hati mulai terkunci, tak mampu serobot tiap jengkal angan berbalut mimpi. Ku hadirkan sejuta pesona,ku kirimkan rayuan mawar dan rembulan. Ku sirami pinggiran hati dengan air suci,kutanami dengan barisan bait bait indah puisi, mewangi dewi dengan taburan syair syair syahdu mutu manikam

Hingga seperempat masa takbir tetap menggema, ciptakan alunan gelombang menggedor setiap singgasana tanpa tahta. Hatiku,hatimu,dan hati semua yang pernah merasakan panggilan-NYA, pasti tahu hendak kemana jendela jendela hati musti mematut diri. Saat itulah aku membersihkan jendela hati berkali kali

Bagan batu 20 mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun