Ketika takbir pertama berkumandang, ada genangan air mata menenggelamkan kepedihan hati, menghadirkan sekian laksa riak riak, membungkam dan menyapih rasa resa di sekujur sedih. Aku menangis,aku meraung raung dalam kefanaan yang menguliti,bahkan aku berguling di atas samudera bara api
Kini jendela jendela hati mulai terkunci, tak mampu serobot tiap jengkal angan berbalut mimpi. Ku hadirkan sejuta pesona,ku kirimkan rayuan mawar dan rembulan. Ku sirami pinggiran hati dengan air suci,kutanami dengan barisan bait bait indah puisi, mewangi dewi dengan taburan syair syair syahdu mutu manikam
Hingga seperempat masa takbir tetap menggema, ciptakan alunan gelombang menggedor setiap singgasana tanpa tahta. Hatiku,hatimu,dan hati semua yang pernah merasakan panggilan-NYA, pasti tahu hendak kemana jendela jendela hati musti mematut diri. Saat itulah aku membersihkan jendela hati berkali kali
Bagan batu 20 mei 2019