Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ku Biarkan Bunga Itu Menikam Hati

16 Mei 2019   13:30 Diperbarui: 16 Mei 2019   13:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjemput kepulanganmu sore ini,serasa merobek kembali memory sedih itu berulang kali.bagai irisan irisan hati yang tertata rapi tapi mengundang pedih,mengungkit kembali luka nyeri bersama mimpi,adalah tragedi bodoh yang mesti ku jalani

17.50 wib waktu kereta memasuki stasiun ini,bersamaan dengan rasa pedih yang kembali menikam hati,jutaan benci tapi masih di selimuti rindu semakin membungkam gelora hati.ku lihat hadirmu di stasiun,bagaikan kilatan pedang yang siap memanggang segenap rasa gemuruh di dada

"selamat datang masa lalu yang menyakitkan",akhirnya kata kata itu yang tercetus di perasaan,tapi tak mampu ku ungkapkan.ketika wajah sendumu mendahuluiku menyapa dalam diam,"kang maafkan penghianatanku di masa lalu"

aku hanya mampu terbungkuk bungkuk dalam diam,menghitung jejak langkah yang panjang meninggalkan.antara maaf dan tega melihat penderitaan di wajah ayunya,aku terpaku diam di ramainya suasana,hingga tangan halusmu melingkar di  pinggang,ku rasakan tetes air mata menyiram segala pedih di hati

Bagan batu 16 mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun