Oleh; Kana Kurniawan (PJs. Ketua Umum PP Pemuda PUI)
Teruntuk Allahku, pemilik ibuku
Ya rabb. Hari kedua ini 2 Dzulhijah 1438 H. Aku melihat jutaan umatmu berbondong-bondong berkunjung ke rumah-Mu, Baitullah (Mekah). Mereka diantar anak, suami dan isterinya.Â
Aku lihat sepasang Ayah-Ibu bersuka cita diantar. Lantunan talbiyah, takbir dan tahmid mengiringi kepergian mereka. Ada kerinduan yang membucah aku rasa ya rabb. Rasa kerinduanku sebagaimana aku rindu kuasa-Mu. Aku mabuk kerinduan dengan Rasul-Mu.
Ya rabb. Memang benar. Aku adalah hamba-Mu yang dhoif. Lemah. Tak pantas ku mengiba dengan-Mu. Lumuran dosa-dosaku rasanya berat. Kadang ku ingat engkau. Terus ku lupakan sejauh mungkin. Hari-hariku penuh hamparan kealfaan dan kekhilafan.Â
Wajar, aku rindu saat di pondok Nurul Iman. Saat imankku di tempa. Kesadaranku dibingkai oleh nasihat sang Mujahid-Mu. Aku nampak seperti serpihan kertas yang sedang dituliskan oleh pena tauhid. Ibadahku dikuatkan oleh kaidah fiqih. Kini, ku serasa jauh dengan-Mu.
Ya rabb. Ijinkan saat raga ini masih kuat. Nafas ini masih bersua. Jasadku masih kokoh. Ijinkan atas kuasa-Mu. Ku ingin membawa wanitan yang paling ku cintai. Wanita perkasa yang telah melahirkan. Mengandungku penuh air mata kebahagiaan. Ia wanita terhebat yang aku lihat.Â
Wujudnya bagaikan malaikat. Ia tak pernah mengiba. Tak pernah marah sedikit pun denganku. Ia nampak sabar mengajariku berjalan saat Bapak sakit. Ia memandikan kekasihnya hingga 15 tahun lamanya.
Ya rabb. Akulah saksinya. Gugurkan dosa-dosanya. Kumpukan ia dalam syurga tertinggi-Mu. Andai engkau akan menyiksanya sebab dosa-dosanya. Andai engkau akan membersihkan kekhilafannya.Â
Biarkan jasadku yang menggantikannya. Biarkan ku jadi alas di neraka-Mu. Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Jauhkan walau sejarah sehasta. Jauhkan panasnya walau sejarak leher dan tenggorokan. Akan ku labuhkan jiwaku membela kekasihku. Ia wanita yang sehormat-hormatnya.
Betapa hidupnya dihabiskan untuk melayani bapaku. Tak terpikirkan olehnya untuk berjarak. Meninggalkan kami dan bapaku. Bapak tak berdaya itu ia bopong tiap hari. Tiap pagi bapak dimandikan. Disucikan dari kotoran. Disuapnya penuh kecintaan yang tiada tara.Â
Aku lihat. Air matanya ia tahan. Agar kami sabar. Air matanya ia tumpahkan dalam pengabdian. Tubuhnya kuat sebaja besi. Tak satu pun kata ku dengar, ia mengaduh. Tak pernah perbincangannya membesarkan pengabdiannya. Aib baginya jika harus berkeluh kesah. Bicara tentang kehebatannya di hadapa kami.
Ya rabb. Betapa mulia akhlaknya. Jelita hatinya. Ijinkan ya rabb aku menuntunnya ke baitullah. Aku ingin membopongnya tersungkur di hadap-Mu. Aku ingin sujud bersama di hadapan-Mu. Aku hendak mengadukan kejelitaannya di hadapan-Mu.
Ya rabb. Hanya kepada-Mu aku memohon. Mengadu dan berharap. Ia selalu berulang ingin mengunjungi rumah-Mu. Panggilah kami sekeluarga ya rabb. Mudahkan aku membawanya penuh riang gembira.Â
Ia bersukan cita memenuhi panggilan-Mu. Ia peshaum yang kuat. Malam-malamnya selalu syahdu memanggil-Mu. Dari kamarnya, nama-nama kami selalu dilafalalkan.Â
Terima kasih Allah-ku telah menjaga ibuku
Jakarta, 24 Agustus 2017