Pecal Cingur, Kuliner "Signature" Perantauan Madura di Kalimantan Selatan | @kaekaha!Minggu depan atau tepatnya tanggal 24 September 2025, Kota Banjarmasin akan berulang tahun yang ke-499 alias hampir 5 abad, kota berjuluk "1000 Sungai" ini berdiri menjadi rumah bagi masyarakat Suku Banjar sebagai akamsi alias anak kampung sini atau penduduk aslinya dan beragam etnis nusantara lainnya yang bersama-sama berakulturasi dan bersintesa hingga membentuk sebuah entitas sosial dan budaya khas Kota 1000 Sungai yang egaliter dan selalu welcome kepada siapa saja.Â
Wajar jika kemudian kota Banjarmasin selain dikenal dengan julukan Kota 1000 Sungai-nya, Kota bandar tua yang sejak bahari (lama,dulu;Bahasa Banjar) juga menjadi pintu masuk mobilisasi barang dan juga orang menuju ke pedalaman Pulau Kalimantan ini juga dikenal sebagai miniatur nusantara.
Baca Juga Yuk! Masjid Sultan Suriansyah "Mesin Waktu" Menuju Sejarah Berdirinya Kota Banjarmasin
Sebagai parameter yang paling mudah dilihat sekaligus dibuktikan sebagai miniatur Indonesia adalah keberadaan dari semua tempat ibadah agama-agama yang diakui di Indonesia, mulai masjid-masjid berusia ratusan tahun seperti Masjid Sultan Suriansyah sampai Tempekong, sebutan Urang Banjar untuk Kelenteng yang juga berusia tidak kalah tua dan sudah diakui sebagai bangunan cagar budaya.Â
Hanya itu?
Tentu saja tidak! Karena sejatinya semua entitas budaya yang hadir di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum, semuanya bisa bertumbuh dan berkembang secara alamiah, asal bisa beradaptasi dengan alam dan juga lingkungan sosial khas Urang Banjar yang kuncinya ada pada pepatah lama dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
Nah, salah satu unsur budaya nusantara yang paling banyak ragamnya di Banjarmasin dan tentunya paling enak untuk diulas tentu saja yang rasanya enak dan uuuuenak, apalagi kalau bukan sedapnya berbagai kuliner khas nusantara, surga dunia yang tidak ada duanya!Â
Salah satunya yang cukup menarik adalah kehadiran kuliner-kuliner yang menjadi signature-nya jejak-jejak perantau dari Pulau Garam, Madura yang tidak hanya unik dan khas saja tapi pastinya juga nyaman onggu alias uuuenak tenan! Apa itu? Inilah pecal cingur khas Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!Â
Istilah pecal ini merupakan pelafalan asli Urang Banjar untuk kata pecel, salad sayur dengan sambal kacang atau sambal tumpang sebagai penambah citarasa khas masyarakat Pulau Jawa, seperti Pecel Madiun salah satunya.Â
Sedangkan kata cingur jelas merujuk pada kata yang sama yang di Jawa Timur (kampung halamannya Orang Madura) merujuk pada olahan kuliner berbahan bibir dan hidung sapi yang juga bagian tak terpisahkan dari kuliner khas Jawa Timur yang termasyhur, rujak cingur. Sudah pernah mencoba sensasi sedapnya teman?
Hanya saja, setelah menyeberangi Laut Jawa yang memisahkan Pulau Kalimantan dengan Pulau Jawa, ternyata melahirkan sedikit pergeseran makna pada kata cingur.
Jika istilah cingur di Jawa Timur adalah bagian bibir dan hidung sapi, maka di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum, kata cingur lebih dikenal sebagai olahan dari kulit sapi yang juga biasa diolah menjadi kerupuk rambak.Â
Cingur khas Banjar atau kikil sapi ini termasuk kondimen Pecal Cingur yang paling dicari oleh pembeli. Biasanya, selain dipotong-potong menjadi pelengkap dalam sajian seporsi Pecal Cingur, cingur yang dimasak dengan berbagai rempah, khususnya ketumbar hingga aroma dan rasanya begitu identik ini, juga bisa disantap langsung sebagai camilan seharga 1000-2000 an lo, sambil nungguin pecal cingurnya siap.Â
Nah, kalau suka dengan petis udang, biasanya bibi penjualnya juga menyediakannya, baik yang biasa ataupun yang pedas. Kita bisa memilihnya sebagai cocolan untuk menambah rasa lebih sedap pada setiap gigitan cingurnya.
Tapi kalau merasa kurang asin bisa juga menambahkannya dengan Uyah Sambal alias adonan garam, cabe, terasi dan penyedap yang biasa juga dipakai untuk menikmati beragam Pencok atau rujak, terutama rujak buah.
Ini enak banget dan dijamin nggak bakalan stop sebelum sepiring pecal cingur yang biasanya berisi irisan lontong, cingur, kangkung, tauge, terkadang ada juga tahu pong hadir dihadapan untuk disantap.
Uyah atau Garam Sambal Bercitarasa Asin Pedas Teman Menikmati Beragam Pencok atau Rujak di Kedai Pecal Cingur Khas Banjarmasin | @kaekaha!
Hanya saja, petis udang untuk sajian ini di Banjarmasin, biasanya lebih soft atau tidak setajam citarasa dan aroma petis udang khas Jawa Timuran yang medok! Karena, biasanya petis dimasak lagi dengan tambahan beberapa bahan, salah satunya kecap tradisional merk Hasil Laut, khas Banjarmasin untuk menyesuaikan dengan lidah Urang Banjar.
Uniknya, ragam bumbu dan cara membuat pecal cingur ini relatif mirip lo dengan rujak cingur khas Jawa Timur, yaitu petis udang, gula merah, garam, kacang tanah goreng dan cabai secukupnya yang diuleg dalam panay (cobek,layah;Bahasa Banjar) sampai halus dan selanjutnya diaduk rata dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan, sebelum plating dan dihidangkan.Â
Baca Juga Yuk! Misteri Ungkapan Kata "Seger" Khas Jawa-Timuran, Saat Bertemu Kuliner Kesukaan!
Boleh juga sih, Pecal Cingur khas Banjarmasin yang rata-rata seharga 10.000-an yang tampilan dan citarasanya berada diantara kuliner Pecel Madiun dan Rujak Cingur ini disebut sebagai versi soft-nya Rujak Cingur khas Jawa Timuran.
Di Banjarmasin, ada 3 model pedagang pecal cingur dengan keunikannya masing-masing yang bisa kita dapati dan uniknya, ketiga-tiganya biasanya juga sekaligus menjual beberapa macam kuliner lain yang ubarampe atau kelengkapan bumbu dan bahannya relatif mirip, seperti Pecel Bugis atau ada yang menyebutnya sebagai Pencok Bugis alias Rujak Bugis, Pencok Buah atau Rujak Buah dan juga Gado-gado Banjar.Â
Selain pedagang ala kaki lima yang lebih memilih berjualan secara menetap atau manggon dengan membuat semacam warung atau pondok sederhana di lokasi tertentu yang juga berfungsi sebagai tempat untuk makan di tempat, ada juga pedagang pecal cingur yang masih mempertahankan cirikhas tradisional mereka, yaitu berjualan dengan cara berkeliling kota.Â
Nah, penjual pecal cingur yang memilih untuk menjajakan dagangannya secara keliling ini ada 2 macam, berjualan dengan menggunakan gerobak dorong dengan warna birunya yang khas dan satu lagi yang sepertinya mulai jarang terlihat adalah bibi-bibi yang menjajakan dagangannya dengan cara menggendongnya di punggung dengan menggunakan tapih bahalay (Jarik,kai panjang;Bahasa Banjar).
Pedagang Pecal Cingur Kaki Lima yang Manggon atau Menetap | @kaekaha!Uniknya, bibi-bibi penjual versi terakhir ini biasanya masih menambahkan atraksi khas ibu-ibu penjual keliling dari Madura lainnya yang biasa menaruh sebagian dagangannya di atas kepala (disunggi;Bahasa Jawa) dan tanpa dipegang sama sekali. Ini jelas skill yang memerlukan jam terbang kawan!
Baca Juga Yuk! Bertemu "Sahabat Lama" di Warung Nasi Sederhana Hj. Erat, Sumedang
Karena dua versi penjual Pecal Cingur terakhir ini kelilingan dan sudah pasti tidak membawa kelengkapan untuk makan di tempat, maka biasanya sebagian besar melayani bungkus saja atau take away dari sembarang tempat dimana kita bertemu dengan mereka. Tapi kalau saya, biasanya kalau sudah kepingin dimana saja bisa eksekusi ditempat. Lebih asyik dan aktual he...he...he... (BDJ21925)
Semoga Bermanfaat!
Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI