Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Pemotret

(Mantan) musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat penyintas kelainan buta warna parsial yang juga penikmat tradisi budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu. Ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Misteri Ungkapan Kata "Seger" Khas Jawa-Timuran, Saat Bertemu Kuliner Kesukaan!

17 Juni 2025   19:46 Diperbarui: 17 Juni 2025   21:00 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu Campur Lamongan | @kaekaha 

"Sueger iki rek!"

Pernahkah anda mendengar ungkapan seger atau suueger (menurut pelafalan aslinya), dengan berbagai variasi kata pembentuk frasanya dari orang-orang disekitar anda saat mereka melihat, mencium atau mungkin sedang menyantap hidangan tertentu?

Isteri saya yang asli Galuh Banjar alias gadis Banjar yang lebih dari 2 dekade menemani saya, sering kali menanyakan arti, makna ataupun maksud dari ungkapan ini ketika saya secara spontan dan pastinya tanpa retorika mengucapkannya saat bertemu makanan-makanan tertentu kesukaan saya.

Umumnya, ungkapan singkat yang begitu khas ini diucapkan oleh masyarakat Jawa, khususnya lagi masyarakat berdialek Jawa-timuran secara spontan dan tanpa retorika (sepertinya juga tanpa sadar Lo!), terutama ketika menemukan kuliner kesukaan yang memanjakan indra, terutama indra penglihatan, penciuman dan perasa.

Karena saya lahir dan besar ber-home base di Jawa Timur, wajar dong seringkali ungkapan kata suueger ini akan spontan keluar ketika saya bertemu dengan beragam kuliner khas Jawa-timuran, terlebih lagi ketemunya di perantauan!

Terutama kuliner-kuliner berkuah kaldu kesukaan saya, seperti bakso, mie ayam, aneka sop, rawon, aneka soto, tahu campur, sate-gule, lontong kikil, lontong Kupang, lontong balap dan lainnya, meskipun sebenarnya saya menyukai beberapa kuliner non kuah kaldu, asalkan citarasanya autentik Jawa-timurnya, yaitu asin-pedes, semisal rujak cingur, bebek goreng, lodeh jangan lombok, jangan asem, trancam, pecel, sampai beragam olahan tepo atau lontong khas dari seputaran ex-karesidenan Madiun Raya.

Bahkan dalam perkembangannya, setelah dua dekade lebih juga saya menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Ungkapan "suueger" juga terucap kepada kuliner khas Banjar kesukaan saya seperti, Soto Banjar, Katupat Kandangan, Katupat Batumis, lontong tampusing dan beberapa lainnya.

Memang lebih dari sekadar kata sifat yang berarti "segar" dalam bahasa Indonesia semata, ungkapan kata "seger" yang berasal dari kosakata bahasa Jawa yang kita bahas disini, memang memiliki makna dan kedalaman rasa yang unik dan khas bagi orang Jawa, (sekali lagi!) khususnya lagi masyarakat berdialek Jawa-timuran bahkan seringkali menjadi sebuah misteri yang menarik untuk dibahas.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat kata "seger" ini begitu istimewa dan seringkali tak tergantikan dalam kamus kulineran ala orang Jawa (-timuran) ini?

Mie Ayam | @kaekaha 
Mie Ayam | @kaekaha 

Lebih dari Sekadar Kesegaran Fisik

Secara harfiah, ungkapan  kata "seger" disini memang merujuk pada makna kosakata dalam bahasa Indonesia, "segar" yaitu kondisi fisik yang segar, seperti buah yang baru dipetik atau minuman dingin di tengah terik matahari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun