Benar-benar surprise, ketika mata, hati dan fikiran berasa lebih fresh dari sebelum-sebelumnya, tetiba waktu serasa sangat lambat berputar. Ternyata begini ya, rasanya harmoni hidup berdampingan dengan alam yang masih utuh secara ekosistem dan ini semua mengingatkan saya pada masa kecil, saat tinggal di kaki Gunung Lawu, Jawa Timur, kampungnya ibu saya.
Kerennya, di tempat ini juga ada saung budaya yang pada momen-momen tertentu menjadi destinasi pertunjukan berbagai kesenian tradisional khas Sunda yang sudah pasti sangat otentik dan menghibur. Sebuah kolaborasi pelestarian alam dan budaya dalam satu lansekap yang sangat menarik dan bermanfaat.Â
Jujur, saat itu saya membayangkan betapa menariknya, menyusuri Sungai Cihonje menjelajahi wahana alam Kampung Karuhun sambil diiringi permainan ensemble alat musik sunda, semisal degung atau kolaborasi cantik kacapi suling yang syahdunya bisa menenangkan itu!Â
The show must go on, penjelajahan berlanjut! Melewati Karuhun Bridge alias jembatan karuhun, jembatan besi yang di desain kekinian dan instagrammable yang melintang diatas Sungai Cihonje tiba-tiba terlihat sekawanan lutung atau monyet bergelantungan di pepohonan di seberang sungai. Untungnya mereka hanya diam dan termangu melihat saya.
"Bismillah, peace ya mon!" Doa saya dalam hati sambil mempercepat langkah melanjutkan penjelajahan menuju kawasan etnik nusantara menyajikan diorama sasaungan, perkampungan etnik khas masyarakat Sunda dan juga Rumah Honai, rumah adat Suku Dani di Papua Pegunungan dan Papua Tengah.Â
Memang belum banyak keragaman budaya nusantara, khususnya rumah adat berikut kelengkapannya yang dihadirkan di area ini. Tapi kehadiran dua model cottage atau tempat menginap berbahan alami ini sebagai sebuah awalan, tentu sebuah ide yang sangat bagus dan patut mendapatkan apresiasi.  Semoga saja, kedepannya akan semakin banyak lagi "perwakilan" rumah adat dari belahan nusantara lainnya yang hadir.
Khusus untuk area di Sasaungan atau komplek  perkampungan khas Sunda vibes Sunda-nya memang berasa banget sih!Â
Selain penampakan cottage dengan desain khas Sunda berbahan kayu yang begitu unik dan cantik yang berjajar rapi, di area ini juga dilengkapi dengan saung khusus yang memperlihatkan suasana dan juga penampakan dapur tradisional khas Sunda berikut perabotan keluarga tradisonal baheula khas keluarga Sunda yang sepertinya sudah jarang dipakai di jaman kiwari.
Selain bale-bale bambu yang khas, ada juga lesung tua yang terbuat dari kayu pohon utuh sepanjang lebih dari tiga meteran yang mirip perahu dari Papua, ketel atau panci kastrol yang biasa dipakai untuk masak nasi liwet, aneka jenis dandang berbahan tembaga dengan bentuk yang unik dan pastinya berkesan jadul banget berikut tungku tanah tradisional yang terlihat sesekali masih dipakai. (BDJ17825) Â