Setelah puas membidik beberapa spot terbaik bagian depan Kampung Karuhun yang sepagi itu sudah sanggup membuat mood saya jauh lebih baik dan lebih bersemangat, seorang diri saya turun dan keluar dari komplek eco wisata yang ternyata sangat luas ini. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk mengeksplor sisi luar Kampung Karuhun, terutama jalan raya beraspal hotmix yang menuju ke arah perkebunan teh Margawindu.
Setelah melewati gerbang utama di bagian depan yang tepat di sebelah kirinya, gemericik suara aliran Sungai Cihonje tidak henti-hentinya memberikan nuansa natural yang sangat otentik itu, saya mengambil jalan ke kanan dan langsung berjalan mengikuti kontur jalan menikung yang langsung menanjak itu.Â
  Â
Keren! Itulah kesan yang saya dapat meskipun hanya sanggup menyusuri jalan sekitar 500-an meter saja, karena kiri-kanan jalan selepas Kampung Karuhun, semuanya masih berjajar pepohonan yang cukup lebat, selayaknya tepian hutan. Tidak heran jika dinginnya udara pagi disini masih terasa menggigit dan aroma floralnya yang segar itu lo, sensasinya bikin fresh jiwa dan raga, meskipun sisi misteriusnya tetap saja masih berasa!
Baca Juga Yuk! Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah Â
Sekembali ke gerbang utama, saya tidak belok kiri menuju Barak Awi, tapi langsung menuju ke arah belakang ke pintu gerbang Camping Ground dan beberapa destinasi budaya juga wahana-wahana permainan lainnya yang menurut informasi, masih sejauh beberapa ratus meter lagi ke arah belakang mengikuti aliran Sungai Cihonje yang suara riak airnya sanggup menghadirkan sensasi alami yang menenangkan dan menyenangkan.
Sambil terus membidik dan juga merekam beberapa spot terbaik di bagian belakang Kampung Karuhun yang semakin menjauh semakin berasa sensasi jungle-nya itu, saya terus menyusuri tepian Sungai Cihonje. Saking banyaknya spot cantik yang tersaji di sepanjang jalur, menyebabkan langkah saya melambat, karena khawatir ada yang terlewatkan. Kang sayang! He...he...he...
Baca Juga Yuk! Senandika Esok Hari, Mengudap "Legitnya Madu" Ubi Cilembu di Kota Buludru, Sumedang Â
Sendirian menyusuri blok demi blok destinasi eco wisata dengan konsep yang berbeda-beda tapi semuanya mengerucut pada tematik utama yang sama, yaitu selaras dengan alam yang selepas terbit fajar saat itu tetap berasa sunyi, hening dan menyisakan udara dingin yang ditingkahi riuahnya kicauan burung dan juga sesekali suara tonggeret dari kejauhan, menjadikan me time yang sempurna!Â
Disini saya mebuktikan, Hipotesis biofilia-nya Edward O. Wilson memang benar dan akan selalu aktual! Inilah me time yang benar-benar menyegarkan mata, hati dan juga fikiran. Amunisi terbaik untuk berliterasi, menulis dan membukukan catatan potensi pariwisata Sumedang.