Sepertinya, teori menjadi yang pertama dan terbaik ini juga diadopsi pemerintah dalam membangun DSP Mandalika, khususnya untuk sirkuit Mandalika.Â
Pemilihan lokasi sirkuit balap di dalam lingkungan destinasi pariwisata khas alam tropis dengan view yang langsung mengarah ke pantai dan perbukitan alami nan menawan jelas menjadi yang pertama di dunia dan ini menjadi salah satu keistimewaan (selling point) sirkuit Mandalika yang tidak dimiliki oleh sirkuit lain dimanapun, sekaligus salah satu elemen kunci pengikat top of mind penikmat otomotif dunia kepada sirkuit Mandalika.Â
Jadi, ketika disebut sirkuit balapan dengan view alami khas alam tropis, maka yang muncul dalam benak penikmat otomotif dunia adalah sirkuit Mandalika!
Hanya saja, meskipun Sirkuit Mandalika menjadi yang pertama dan terbaik untuk spesifikasi kawasan tropis, sekaligus menguasai top of mind penikmat otomotif dunia, sepertinya tetap belum cukup "berdiri sendiri"  untuk menjaga eksistensinya sendiri sebagai mercusuar pariwisata Mandalika dan Lombok. Â
Apalagi secara faktual, destinasi wisata Sirkuit Mandalika ini, khususnya untuk even balapan yang digelar, sifatnya sangat segmented!
Selain harga tiketnya yang super mahal, hingga relatif sulit diakses secara langsung oleh masyarakat, pun dengan intensitas penyelenggaraanya yang relatif ber-interval cukup panjang dengan jeda antar musim balapan bisa satu tahun.
Untuk itulah, agar pariwisata DSP Mandalika-Lombok terus eksis bekerja dan berkontribusi secara kontinyu sepanjang tahun, tetap diperlukan selling point selain Sirkuit Mandalika dengan even balapnya.Â
Untuk mengisi kekosongan aktifitas sport tourism saat jeda even balap di sirkuit Mandalika, pemerintah atau pengelola pariwisata Lombok  harus segera mengembangkan even sport tourism berbasis eco tourism lain di lingkungan DSP Mandalika-Lombok.Â
Syukur-syukur, bisa menggali, mengembangkan sekaligus mementaskan ragam jenis olahraga tradisional masyarakat Sasak di Lombok, seperti peresean, belanjakan, kideng, sepok, pelagak jengku atau bahkan meniru cara masyarakat Bali yang bisa "mengolah" aktitas sehari-hari nya menjadi selling point alias destinasi pariwisata yang menggoda.
DSP Mandalika-Lombok, Cluster Sport-Eco Tourism
Sudah menjadi rahasia umum, pariwisata Lombok pada dasarnya sudah bergerak menghidupi pelaku-pelaku usaha disekitarnya, hanya saja proses bergeraknya yang masih parsial, sendiri-sendiri dan belum berpadu satu sama lain, menjadikan bisnis pariwisatanya relatif stagnan dan belum bisa mengangkat harkat dan martabat masyarakatnya secara signifikan.