Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merekonstruksi "Liburan" Charlie Chaplin di Garut Tahun 1932 dan 1936

19 Oktober 2019   11:02 Diperbarui: 23 Oktober 2019   18:38 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mustahil Si (Charlie) Chaplin sampai berkunjung dua kali ke Garut bila pemandangan daerah ini tidak indah dan memikat hati" 

Itulah  quote Haryoto Kunto yang dijuluki "kuncen Bandung" dalam buku monumental karyanya Seabad Grand Hotel Preanger, 1897-1997.

Kutipan itu terkait "sejarah" dua edisi liburan Charlie Chaplin ke Garut pada tahun 1932 (ada sumber yang menyebut tahun 1926 dan 1927) bersama saudaranya, Sydney Chaplin, dan tahun 1936 (sumber lain menyebut tahun 1935 dan 1938) bersama aktris Paulette Goddard.

Sosok Charles Spencer Chaplin atau lebih dikenal dengan Charlie Chaplin, merupakan komedian legendaris abad ke-20 asal Inggris yang dikenal dengan trademark-nya yang unik: kumis imitasi mirip Hitler, topi fedora kecil, setelan tuksedo parlente serta tongkat yang selalu menjadi atribut wajibnya saat tampil dalam komedi bisu penuh tingkah kocak, dan menjadikannya legenda dunia.

Charlie Chaplin tanpa riasan,1920 (biography.com)
Charlie Chaplin tanpa riasan,1920 (biography.com)
Sejarah liburan Charlie Chaplin di Garut yang kala itu terkenal dengan sebutan Switzerlan van Java atau ada juga yang menyebutnya sebagai Paradijs van het Oosten (Surga dari Dunia Timur), kembali menjadi buah bibir masyarakat Indonesia sejak Presiden Joko Widodo di awal tahun yang lalu memposting cuitan terkait  Reaktivasi Jalur kereta api yang konon pernah dilewati Charlie Chaplin saat berlibur ke Garut, melalui akun Twitter-nya.

Menurut beberapa refensi, Charlie Chaplin memang dua kali singgah ke Garut. Sayang, catatan valid tentang kedatangan Charlie Chaplin ke Garut sampai saat ini belum ditemukan.

Hanya saja, kisah dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi terus bergulir di kalangan warga Garut sampai saat ini. Maka tidak heran, jika tahun "liburan" Charlie Chaplin ke Garut akhirnya juga muncul dalam beberapa versi.

Konon, dokumen tersisa yang menjadi bukti kehadiran komedian film bisu tersebut ke Garut hanyalah tiga foto jepretan Thilly Weissenborn, fotografer keturunan Jerman kelahiran Kediri-Jawa Timur.

Charlie Chaplin, di tengah-tengah importir film di Batavia. (Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 31 Maret 1932). (naratasgaroet.net)
Charlie Chaplin, di tengah-tengah importir film di Batavia. (Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 31 Maret 1932). (naratasgaroet.net)
Charlie Chaplin dan Kenangan Guguling “the Dutch Wife” (1932)

Dalam artikel yang berjudul lengkap Catatan Para Pelancong Doeloe (6): Charlie Chaplin dan Kenangan Guguling “the Dutch Wife” (1932) di laman NARATAS GAROET, dituliskan kronologi kedatangan Charlie Chaplin saat pertama kali ke Garut tahun 1932 ditemani saudaranya, Sydney Chaplin yang diakui penulisnya bersumber dari tulisan “World Tour Revisited” dalam Discovering Chaplin karya Jessica, seorang “Charlie Chaplin enthusiast and researcher”.

Secara ringkas, berikut kronologi dan rute perjalanan Charlie Chaplin yang diatur oleh Cook’s Reisbureau (biro perjalanan Cook’s) selama di Pulau Jawa tersebut. Charlie Chaplin dan saudaranya tiba dari Singapura tanggal 30 Maret dengan menggunakan kapal Van Lansbergediatur, singgah sebentar di Batavia (Jakarta), siangnya lanjut ke Bandung dengan menggunakan mobil, kemudian malamnya lanjut dan tiba di Garut, sore tanggal 31 Maret menuju Jogjakarta menggunakan kereta api dan tanggal 1 April 1932 tiba di Surabaya. Kemudian lanjut ke Bali menggunakan kapal laut.

Cook’s Reisbureau merencanakan perjalanan Charlie dan Sydney selama di Pulau Jawa sejauh 400 mil dengan kendaraan lintas Jawa menuju Surabaya, dengan persinggahan di Bandung, Garut dan Yogyakarta.

Mereka berusaha menyesuaikan jadwal kapal milik KPM atau Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (maskapai perkapalan Belanda) di Surabaya untuk melanjutkan perjalanan ke Bali. 

“Zicht op de hoogvlakte van Garoet” karya Leonardus Joseph ‘Leo’ Eland (naratasgaroet.net)
“Zicht op de hoogvlakte van Garoet” karya Leonardus Joseph ‘Leo’ Eland (naratasgaroet.net)
Kenapa Garut dipilih sebagai kota persinggahan?

Hari telah malam ketika Charlie dan Sydney tiba di Garut, pada tanggal 30 Maret 1932. Rombongan ini menginap di hotel yang diduga adalah Hotel Grand Ngamplang.

Hal ini didasarkan dari diskripsi Sydney untuk hotel tempat mereka menginap, “In the morning we found the hotel had a beautiful view over the mountains and valleys.” kata Siydney Chaplin.

Ketika bangun pagi, ia baru menyadari bahwa hotel yang ditempatinya ternyata mempunyai pemandangan yang sangat indah berupa perpaduan gunung-gunung dan lembah.

Diskripsi Sydney ini persis seperti yang pernah dilukiskan oleh Leonardus Joseph ‘Leo’ Eland, seniman lukis Belanda kelahiran Salatiga pada 18 Agustus 1884 pada lukisan berjudul “Zicht op de hoogvlakte van Garoet” (pemandangan di dataran tinggi Garoet) yang diperkirakan dilukis antara tahun 1915-1920. 

Dari lukisan berdimensi besar, yaitu berukuran 136,9 x 337,5 x 3 cm tersebut terlihat pemandangan dari teras “Sanatorium ‘Ngamplang’ Garoet” ke arah lembah Garut yang sangat indah dengan latar Gunung Guntur yang menjulang dengan paduan lembah-lembah dibawahnya yang begitu indah.

Mungkin inilah salah satu jawaban, kenapa Garut dipilih sebagai salah satu Kota Persinggahan Chaplin dalam perjalanannya di Pulau Jawa. Sebuah tempat berlibur yang mirip dengan suasana kampung halamannya sampai meninggal dunia di Corsier-sur-Vevey, Swiss dan diduga view dari hotel inilah asal muasal julukan Switzerland van Java tercetus pertama kalinya.

Uniknya, selain terkesan dengan alamnya yang indah, ternyata semalam menginap di Garut membuat Charlie Chaplin berkenalan dengan “dutch wife”  si Istri Belanda alias Si Guguling dan serangga dengan suara khas yang berterbangan  di sekitar kain kelambu yang menemani malam-malamnya di Garut.

“My first night’s adventure gave me many comedy ideas for a picture.” Bagi Charlie, guguling dan serangga malam Garut memunculkan banyak ide untuk film komedi…

Khusus untuk “dutch wife”, ini kesan Charlie dan Sydney, “Di sinilah saya menemukan pengalaman pertama saya dengan “dutch wife” , yang kalau Anda tinggal di daerah tropis untuk waktu yang lama, maka Anda akan mengetahui bahwa Anda sangat memerlukannya.”  

Tapi, komentar Sydney soal Dutch Wife berikut ini, sepertinya lebih ngeres deh! “We get a lot of amusement out of “Dutch wife” in bed.” he...he...he...! Ada yang tahu artinya? 

Charlie Chaplin di depan peron stasiun Garut, 1932 (naratasgaroet.net)
Charlie Chaplin di depan peron stasiun Garut, 1932 (naratasgaroet.net)
Garoet, 31 Maret 1932 

Catatan "resmi" terkait aktivitas Charlie dan Sydney Chaplin sepanjang hari di Garut tanggal 31 Maret 1932 hanyalah pelesiran ke Tjisoeroepan Hot Springs (mungkin maksudnya kawah Papandayan), Lake Leles (situ Cangkuang), dan Situ Bagendit.

Hanya itu saja? Mungkin, karena saat itu pariwisata Garut baru mengandalkan wisata alam saja, belum berkembang seluas dan sekreatif sekarang!

Ini yang menarik! berkaca dari keumuman atau kelaziman "psikhis" para pelancong yang biasanya selalu ingin tahu atau ingin mencoba segala sesuatu yang berbau daerah baru yang dikunjungi, maka tidak menutup kemungkinan Chaplin bersaudara juga ingin atau mungkin malah sempat mencicipi ragam kuliner, termasuk minuman dan aneka jajanan khas Garut yang kemungkinan saat itu sudah ada, baik dengan nama, bentuk maupun kemasan yang berbeda dengan yang sekarang populer. Tapi karena tidak terdokumentasi maka tidak terlacak.

Sebagai contoh, malam hari setelah masuk hotel dan pagi hari setelah bangun tidur bisa saja Charlie Chaplin "nyaneut" alias minum teh bareng-bareng ala masyarakat Sunda di kaki Gunung Cikuray dengan koleganya sambil menikmati pemandangan pagi sekitar hotel yang digambarkan sangat indah oleh Sydney Chaplin diatas, atau sambil sarapan pagi dengan menu Soto khas Garut, baik soto ayam maupun soto daging dengan ditemani dorokdok yang gurihnya selalu ngangeni.

"nyaneut" (bisniswisata.co.id)
"nyaneut" (bisniswisata.co.id)
Seperti kita pahami, menu soto sebagai menu kuliner paling banyak variannya di Indonesia sudah dikenal masyarakat di pantai utara Jawa di abad  ke-19 atau tahun 1800-an. 

Artinya, tidak menutup kemungkinan varian Soto khas Garut juga sudah ada di saat Charlie Chaplin liburan di Garut tahun 1932, meskipun Soto Haji Ahri, Soto khas Garut Legendaris baru mulai eksis di tahun 1940-an atau satu dekade berikutnya. 

Sepertinya, begitu juga yang terjadi pada dorokdok! Kerupuk kulit khas Garut yang menjadi "sahabat terbaik" makan-makanan berkuah kaldu khas Garut, tidak hanya Soto! 

Tapi  sekarang juga ada Bakso Mang Ano yang kesohor di Garut, ada juga  Bacil alias Bakso Aci atau ada juga yang menyebutnya Batagor Cilok. Bisa jadi dorokdok juga sudah ada waktu Charlie Chaplin liburan di Garut, tapi dengan nama dan kemasan berbeda!

Kue Burayot dan Awug (tribunnews.com)
Kue Burayot dan Awug (tribunnews.com)
Agak siang sedikit, sebelum jalan-jalan ke Tjisoeroepan Hot Springs (mungkin maksudnya kawah Papandayan) ketika agak lapar, bisa saja Charlie Chaplin dan Sydney mencoba kue Awug, kue tradisonal berbahan dasar tepung beras, kelapa dan gula merah yang sensasi citarasa terbaiknya akan terasa mantab ketika disantap saat masih panas itu!  

Selain itu, Garut yang sejak lama dikenal sebagai kota dodol bukan tidak mungkin juga membuat Chaplin penasaran dengan kudapan berbahan dasar beras ketan, gula aren, dan kelapa berkualitas tersebut. 

Apalagi menurut sejarahnya, sejak tahun 1920-an dodol garut sudah mulai diproduksi dalam skala rumahan dan baru pada tahun 1949, H. Iton Damiri mendirikan cikal bakal pabrik dodol garut merek "Picnic" yang sekarang dikenal sebagai oleh-oleh atau buah tangan sejuta umat tersebut.

Bisa jadi, dalam perjalanan keliling Garut Chaplin ngemil dodol!

kawah Gunung Papandayan sekarang (mongabay.co.id)
kawah Gunung Papandayan sekarang (mongabay.co.id)
kawah Gunung Papandayan sekarang (mongabay.co.id)Setelah perut terisi, baru deh jalan ke Tjisoeroepan Hot Springs alias kawah Gunung Papandayan di kecamatan Cisurupan. Disini, Chaplin bersaudara mungkin mandi air panas yang mengandung sulfur dari kawah Papandayan yang konon bisa menyembuhkan banyak penyakit ini. 

Setelah beritsirahat sebentar, untuk makan siang bisa saja Chaplin bersaudara mencoba kuliner yang sekarang kita kenal dengan nasi liwet Garut lengkap dengan barisan lauk pauknya yang ramai dengan citarasa khas yang pasti menggoda. 

Untuk menambah selera, mungkin saja Caplin bersaudara minta tambah Sambal Cibiuk, sambal mentah khas Kecamatan Cibiuk, Garut yang bisa hadir dalam dua versi, Sambal Cibiuk hijau dan Sambal Cibiuk merah yang rasa pedasnya dijamin nendang itu! 

Bila kepedasan, Chaplin pasti dikasih penawar es Goyobod yaitu es campur khas Garut yang konon namanya berasal dari Bahasa Belanda “Goyobod” yang berarti basah.

es Goyobod (okezone.com)
es Goyobod (okezone.com)

Setelah puas, perjalanan dilanjutkan ke Lake Leles atau situ Cangkuang di Kecamatan Leles yang juga terkenal dengan kue Burayot-nya, yaitu kue tradisonal unik dengan cita rasa manis yang biasanya dipajang dengan cara menggantung itu. 

Walaupun lebih enak dinikmati pagi hari dengan teh tawar hangat, tidak menutup kemungkinan Chaplin juga mencobanya selama mengunjugi Situ Cangkuang yang didalamnya juga terdapat situs Candi Cangkuang serta kampung Adat Pulo tersebut.

Dari Lake Leles perjalanan Charlie Chaplin dilanjutkan ke Situ Bagendit. Keindahan lansekap Danau dengan latar belakang pegunungan ini ternyata juga mampu membius Charlie Chaplin. Mungkin ini juga yang menjadi "biang" dari kedatangannya untuk kali kedua. 

Sambil menikmati indahnya pemandangan Situ Bagendit, sangat memungkinkan Charlie Chaplin juga menyusun daftar oleh-oleh untuk kolega di kampung halaman. Menurut kamu apa kira-kira oleh-oleh wajib dari Garut pada tahun 1930-an?

Situ Bagendit (satulensa.com)
Situ Bagendit (satulensa.com)

Kalau jaman sekarang oleh-oleh Garut mudah didapat, karena banyak pilihannya. Untuk kue atau penganan ada Dodol Picnic si Buah tangan Sejuta Umat,  Chocodot si cokelat Garut, Jeruk Garut yang rasanya manis dan buahnya besar, juga dorokdok yang gurih, Opak Bungbulang yang renyah, Emplod Lewo yang renyah dan gurih, atau Si legit ladu

Sedangkan untuk fashion ada jaket kulit juga batik Garut yang cantik dengan warna-warna cerahnya. Nah untuk Charlie dan Sidney yang datang ke Garut tahun 1930-an, sepertinya oleh-oleh Garut yang pasti sudah ada di tahun-tahun itu adalah batik Garut. Tapi bukan berarti produk lain belum ada! Bisa jadi semuanya sudah ada tapi dengan nama, tampilan serta kemasan berbeda. 

Setelah puas menikmati Garut, sore harinya Chaplin bersaudara melanjutkan perjalanan ke Jogja dengan kereta api, dilanjut ke Surabaya tiba tanggal 1 April 1932, kemudian lanjut ke Bali menggunakan kapal laut. 

Warisan Turun-temurun

Sejarah liburan Chaplin ke Garut yang kedua (1936) masih diingat oleh Franz Limiart, pemerhati sejarah dan pelaku ekonomi kreatif Garut yang mendapat warisan cerita dari ayahnya, Liem Boen San (1923- 1993). 

Menurutnya, Saat Chaplin datang di Garut, usia Liem Boen San 12 tahun. Saat itu, Liem melihat kehebohan besar di Garut karena datangnya Charlie Chaplin. 

Di siang yang panas Liem Boen San kecil begitu penasaran melihat banyak orang berkumpul di Stasiun Garut Kota yang jaraknya 100 meter dari rumahnya, semuanya membicarakan Charlie Chaplin. 

Komedian film bisu itu akhirnya benar-benar muncul di Stasiun Garut Kota tanpa riasan kumis hitler-nya yang khas, juga topi fedora kecil, jas sempit dan celana kedodoran cirikhasnya, tapi memakai jas dan berdasi rapi dengan topi layaknya mandor perkebunan. 

Lambaian tangan Chaplin disambut penggemarnya di Stasiun Garut Kota. Antusiasme warga baru reda saat Chaplin dibawa pergi menuju Hotel Grand Ngamplang. 

Sayang, untuk kunjungan kedua Charlie Chaplin ke Garut, justeru tidak ditemukan catatan atau referansi yang lebih detail lagi. Berikut Video Charlie Chaplin selama berkunjung ke Jawa-Bali 1932. 

Catatan:
Sumber pustaka digital bisa langsung diklik pada kata/frasa dengan link aktif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun