Mohon tunggu...
Narendra Setya Nugraha
Narendra Setya Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Seminaris

Seminaris Seminari Mertoyudan St.Petrus Canisius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kepingan Baru

23 Maret 2024   09:34 Diperbarui: 29 Maret 2024   19:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pribadi/Rendra

"Heh, maling!" 

Sialan. Aku ketahuan. Aku berlari, entah ke mana. Aku berlari saja. Seharusnya aku tidak mencuri. Benar apa yang dikatakan mereka semua. Mencuri adalah perbuatan tercela. 

Tahu begitu aku minta dengan baik tadi. Aku masih berlari dan orang itu, wanita muda yang nampak buram di mataku masih saja mengejarku. 

Aku menarik nafas dalam-dalam. Di sebelah kanan depan terlihat sebuah jalan menuju sebuah gang. Gelap. Aku mencoba menengok ke belakang. Sudah jauh, bagus. Aku segera berbelok dan masuk ke dalam gang yang gelap itu. 

Di situ ada bangunan bekas. Seperti bekas kos-kosan. Aku mencoba masuk ke tempat itu tanpa pikir panjang. Tempat ini gelap, gelap sekali. Walau gelap, tempat ini bagus, terutama untuk bersembunyi. Nampak tak ada seorang pun. Aman. Aku melepas nafas lega.

"Kamu tengah lari dari apa?" Ada suara seseorang. Suara itu menggema di dalam ruangan ini. Suara yang berat dan serak. Ada bau rokok juga. Hatiku merengek. Belum selesai aku melegakan semua nafasku, sudah ada hal yang menarik kembali udara masuk ke dalam paru-paruku. 

Dalam remang-remang kegelapan nampak ada seorang pria. Pakaiannya tidak terlalu bersih, mengenakan jaket kulit, ada nama 'Soelis' di jaketnya, dan wajahnya menampakkan dunia kerisauan.

"Roti itu. Kamu mencuri bukan? Jangan mencuri lagi. Dunia ini penuh konsekuensi." Pria itu bangkit dari duduknya dan membuang puntung rokoknya. Ia menghadapi diriku. Sekarang nampak jelas, jelas sekali wajahnya. Mata sipit, kumis dan jenggot tipis, rambut sedikit ikal kemerahan dan tubuhnya cungkring. Ia membawa sebuah gitar, tetapi kecil. Dia mengambil tempat di sebelahku.

"Siapa namamu?" Tanyanya padaku dengan tatapan mata penuh kewibawaan.

"Darto."

"Mengapa kau mencuri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun