Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Rahasia Rasa, Misteri Mustika Rasa, Pencarian Jati Diri

21 Februari 2025   00:09 Diperbarui: 21 Februari 2025   00:09 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam film Rahasia Rasa-Kredit Foto: https://www.popbela.com/relationship/dating/natasha-cecilia-anandita/

Film "Rahasia Rasa" mengusik rasa keingintahuan saya karena trailernya terkait dengan buku Mustika Rasa, buku wajib bagi mereka yang ingin mendalami sejarah  dan antropolog kuliner nusantara. 

Ceritanya  pada 1964-menurut sebagian besar versi- Presiden Sukarno memerintahkan mendokumentasikan resep masakan dari berbagai penjuru Nusantara.  

Akhirnya menurut berapa referensi terhimpun sekitar 1.600 resep masakan makanan dan minuman yang semangatnya menampilkan wajah bhineka tunggal ika. Namun karena adanya peristiwa Gerakan 30 September, penerbitan buku ini baru tejadi pada 1967.

Informasi ini saya dapatkan secara tak sengaja, ketika melacak jejak sejarah mi kocok dan batagor Bandung ketika mewawancarai soerang ahli gastronomi dari Bandung.

Wah, saya kemudian menemukan buku ini versi pdf dengan tebal 1.215 halaman. Dalam kata pengantar dari Menterian Pertanian Brigjen Azis Saleh  disebutkan bahwa upaya dokumentasikan sudah terjadi  sebelum 1964, menurut kata pengantar pada 12 Desember  1960  setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Sukarno. Kemudian diperkuat Menteri Koordinator Pertanian dan Agraria Sadjarwo pada 17 Agustus 1964.

Ketika saya telusuri ini buku ini diawali dengan pengenalan  bahan makanan mulai dari bahan pokok seperti padi, umbi-umbian hingga jagung, kentang bahkan cantel (tjantel), sumber protein seperti ayam, bebek, ikan, daging dapi dan lainnya, sayuran, bumbu hingga bahan untuk minuman. Komplit dengan kandungan gizi dengan ahli yang berbeda , satu bagian 176 halaman.

Barulah pada bagian lain diperkenalkan cara memasak makanan utama (Bagian II) seperti aron (tengger), arem-arem (tidak disebut daerahnya),  kapusuk Nuso (dari Buton), jagung bose (Timor), nasi jagung gaplek (Madura),  Bagian (III) tentang lauk pauk berkuah, ada Asem-asem Terong dari Banyumas, Gulai Bebek Masak Hijau (Kotagadang), Lodeh (ternyata dari Rembang), hingga Mangut Ikan Panggang yang disebut dari Rembang (halaman 269).  Masih banyak lagi.

Nah, Mangut Panggang kan ini disebutkan menjadi unggulan dari sebuah warung makan di sebuah desa kawasan Magelang menjadi salah kuliner yang disebutkan dalam "Rahasia Rasa".

Sejarawan dan penulis kuliner dari Yogyakarta Dyah Merta menyebut buku ini proyek yang komplit. Bukan sebatas resep. Tapi juga ragam komoditas pangan lokal. "Meski untuk resep disajikan kurang menarik, masih ala-ala resep di masa itu," ujar Dyah ketika saya hubungi via WA, 20 Februari 2025.

Dengan pengantar yang panjang ini, saya ingin menyebutkan bahwa "Rahasia Rasa"  yang disutradarai Hanung Bramantyo ini ini mempunyai pijakan akar sejarah dan sosial  cukup kuat.  Tampak sekali bahwa film ini mempunyai riset yang tidak asal-asalan. Kalau soal ada bagian fiksi dari Rahasia Rasa, sah-sah saja, yang penting fakta sejarah yang jadi  settingnya tepat dan akurat. 

Kalau dalam hal ini "Rahasia Rasa" kuat, sama halnya dengan serial streaming di Netflix  "Gadis Kretek" yang memasukan bagian kelam sejarah Indonesia menyangkut peristiwa 1965, terkait nasib orang yang dituding kiri atau terkait dengan PKI.  Menurut saya "Rahasia Rasa" maupun "Gadis Kretek" cukup adil.

Plot Awal Seperti Sinetron

Bagaimana dengan ceritanya? Nah ini lain lagi. Cerita dibuka dengan kerasnya Chef Ressa (Jerome Kurnia)  ketika memimpin timnya menyiapkan masakan untuk para tamu spesial tak lain calon mertuanya mantan perwira tinggi bernama Subroto Mangkuprojo (Slmaet Rahardjo) berupa makanan Italia di hari spesial pula.  

Ressa orang ingin sempurna, dari penciuman dan rasa dia tahu apa yang kurang dari masakan, potongan bawang saja bisa membuat anggota timnya didamprat.  Dia tak segan memecat anggota timnya walau atas permintaan mertuanya memasukan bumbu Indonesia.

Dari adegan awal saya mengira Ressa orangnya arogan, sementara Alex, stafnya (Ciccio Manasero) tampak baik membela anak buah yang didamprat.

Ressa diceritaka dia memilih speasialis masakan Italia karena ayahnya orang Italia, ibunya Indonesia dan punya ambisi punya restoran di kota ayahnya.

Hubungannya dengan Dinda (Valerie Thomas) tampak harmonis di awal cerita. Begitu juga mertuanya menjanjikan membiayai restoran yang dibuka di Italia kalau dia bisa membuat masakan dengan citra rasa Nusantara berdasarkan buku Mustika Rasa.

"Kuliner itu seni meramu lidah. Oleh founding father kita kuliner adalah alat politik. Diplomasi perut,"ucap Subroto. Ressa diminta mencari bagian dari Resep Mustika Rasa yang hilang konon yang ditemukan hanya separuh.

Cerita berkembang nyaris saya kira seperti plot sinetron atau drakor ala Indonesia, ketika Ressa memergoki Dina berselingkuh dengan Alex. Akibatnya dia marah dan tidak konsentrasi hingga mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan kehilangan indera perasanya.

Ressa kemudian pulang kembali ke kampung tempat dia melewatkan masa kecilnya di kawasan Magelang, Jawa Tengah. Lewat adegan kilas balik Ressa ternyata awalnya bernama Roso, anak desa dibully oleh teman-teman se-desanya, mulutnya dijejali terasi hingga trauma bumbu Indonesia, namun waktu kecil  dibela oleh Tika, sama-sama anak pungut dari Mbah Wongso  (Yati Surachman). Roso disebut anak pelacur.

Ketika pulang kampung pun Ressa bertemu lagi dengan seteru masa kecilnya dan kembali dibela oleh Tika (Nadya Arina), seorang juru masak warung tradisional.  Terungkap Tika marah karena Ressa tidak pernah mengaku pernah dibesarkan di desa itu.

Namun pertemuan kembali Ressa dengan Mbah Wongso mencairkan hati Tika. Ressa jadi tahu nama aslinya Roso artinya rasa atau kuat.  Indera pengecapnya pulih dan dia bisa makan masakan Indonesia dan mahir. Hubungan Ressa dan Tika menjadi lebih dekat menjadi cinta.

Plot ini awalnya saya takutkan menjadi plot sinetron, jangan-jangan nanti mertuanya dan Dinda akan membuat hubungan Roso dan Tika menjadi dilematis, karena Roso masih punya ambisi punya rumah makan di Italia. Kedatangan Subroto dan stafnya memaksa Tika dan Roso memasak mangut ikan panggang ternyata tidak sesederhana itu.

Bukan Hanung Bramantyo  namanya kalau plotnya sesederhana itu dan bisa ditebak.  Genre yang tadinya saya kira drama romantis berubah di tengah cerita dengan dihubungkannya dengan misteri asal usul keluarga Roso maupun Tika pada era 1960-an dan juga dikaitkan dengan misteri lain dari buku Mustika Rasa.  

Plotnya pun tidak lagi jadi sinetron, tetapi punya isi sejarah dan politik.  Bukankah Tika namanya Mustika dan Ressa adalah Roso. Kalau  nama mereka digabung menjadi Mustika Roso?

Dari segi cerita walau terasa aneh, tetapi "Rahasia Rasa" menawarkan sajian tontonan yang berbeda.

Review

Dalam film itu disebutkan 17 budayawan dan 8 perwira TNI mengumpulkan 1945 resep. Simbol kemerdekaan Indonesia. Tapi asli  dak seperti fakta aslinya buku itu melibatkan pakar gizi dan pertanian, tidak mengapa seperti tadi yang saya bilang fakta sejarah intinya benar ada proyek buku Mustika Rasa pada 1960-an.

Nah, dalam film itu disebut hanya 1.000 resep dan 945 lain hilang. Ressa atau Roso hanya diminta calon mertuanya untuk mempelajari resep yang ada agar menambah wawasan ke Indonesiannya. Kalau perlu mengawinkan masakan Italia dan nusantara. Hibrida begitu.

Hal yang sudah terjadi di dunia nyata, misalnya pada masakan Korea yang pernah saya rasakan di sebuah rumah makan di Bandung. Masakan Tionghoa sudah banyak berakulturasi juga masakan Barat.  Sejumlah resep Mustika Rasa juga mencerminkan akulturasi itu.

Begitu juga dikaitkan dengan fakta sejarah peristiwa 1965 yang menyangkut keluarga Ressa/Roso dan Tika. Tentunya saya bertanya di mana posisi calon mertua Roso?  Bukankah dia diceritakan perwira tinggi? Itu catatan saya yang pertama. Menarik pada bagian ini. Hilangnya 945 resep itu misterinya.

Jalinan antara  buku Mustika Rasa, peristiwa 1965 dengan masa sekarang dijalin dengan rapi hingga dua pertiga cerita dan sepertiga lagi penyelesaiannya. Nah, yang seperti tiga ini yang tidak bisa ditebak. Termasuk bagaimana akhir hubungan segitiga Ressa/Roso-Dinda serta Tika.

Dari departemen kasting, Slamet Rahardjo dan Yati Surachman menunjukkan kelasnya sebagai bintang film senior.  Walaupun menjadi nenek desa yang bersahaja Yati sudah biasa melakukannya.

Valeria Thomas pas sih jadi perempuan kota yang hidup bebas dan rapuh sepertinya terkesan  bertentangan dengan prinsip ayahnya. Jerome Kurnia memerankan karakter yang cukup sulit, yang emosinya berubah 180 derajat.  Namun Hanung pandai dalam hal ini mengarahkan pemainnya. 

Yang agak mengesankan ialah Nadya Arina memerankan gadis desa yang menurut saya keluar dari cita rasa sinetron yang menggambarkan gadis desa itu identik dengan kambing, rambut tidak modis,  pakaian daster. 

Tidak demikian, Tika di sini sudah pegang ponsel cerdas, rambut dan busana modis, walau tomboi tidak segan menghajar preman kampung.

Bukankah realitasnya begitu? Gadis desa era millennium dan digital  bukan gadis desa era 1970-an hingga 1980-an (bolehlah hingga 1990-an)  seperti  film "Perawan Desa" yang diperankan Yati Surachman ketika masih muda.

Bahkan orang kampung juga ketularan tren swafoto dengan orang yang mereka sebagai chef terkenal. Tidak norak, tetapi memang demikian. Bahkan kehadiran chef itu jadi juru masak yang membantu warung itu jadi viral dan membuatnya masuk akal mengapa Subroto dan Dinda mengetahui keberadaannya.

Sinematografinya juga komplit. Bagaimana menyiapkan masakan, memotong bumbu hingga menyajikan detail seperti realitasnya.

Satu-satunya yang saya tidak habis pikir kok bisa ya, anak-anak yang dulu  membully Ressa/Roso dulu tetap menjadi berandalan dan tidak punya masa depan ketika mereka jadi dewasa? Mereka digambarkan suka memeras pedagang sayur.   

Bisa-bisanya mereka mengingat masih Roso dalam sekejab dan kembali membully, bukannya mereka harusnya hitung-hitung kalau menganiaya orang terkenal cepat berurusan dengan hukum? Kok mereka hanya ingat Roso itu anak pelacur bukannya  sudah chef yang orang kampungnya saja bangga?

Produser Arsa Linggih diceritakan mengajak seorang menteri di era Jokowi ikut bermain film sebagai cameo. Hal yang biasa, bukankah Ridwan Kamil sebagai Wali Kota juga jadi cameo dalam "The Wedding dan Bebek Betutu" (2015) juga tentang kuliner dan juga dalam film "Dilan 1990"? Entah sudah berapa film.  Juga sejumlah pejabat lain.

Secara keseluruhan walau ada berapa lubang, film produksi kolaborasi Anak Muda Jago dan Dapur Film iini membuktikan film Indonesia semakin variasi.  Bukan saja film pencarian jati diri, yang berlatar belakang sejarah dan politik, tetapi juga membalutnya dengan misteri. "Rahasia Rasa" juga mempunyai sikap terhadap nasionalisme dan mencari kebenaran dengan caranya. 

Empat dari Lima Bintang. Oh, ya menonton di sebuah bioskop di kawasan Depok pada hari pertama penayangannya.  

Irvan Sjafari

Sumber Foto:

https://www.popbela.com/relationship/dating/natasha-cecilia-anandita/pelajaran-hidup-dari-film-rahasia-rasa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun