Rumah sepupuku ada di Blok A, tak jauh dari gerbang. Â Rumahnya berpagar bambu dan ada pohon jambu. Â Rumah-rumah di kompleks ini juga bersih dan rapi dan tidak seperti kalau ditinggal.
"Bagaimana kalau kita terdampar ke dunia pararel?" celetuk aku.
"Aku juga pernah baca dan nonton film-film tentang dunia pararel. Tetapi kalau kita ada di dunia pararel pasti ada Akang dan Sundari yang lain, dengan peran yang lain," sahutnya.
"Siapa tahu kita jadi penjahatnya," timpal aku seenaknya.
"Akang saja, aku jadi polisinya!" timpal Sundari.
Puti mengikuti dengan penuh agak takut. "Kayak di kompleks kita teteh."
"Assalamulaikum!!" seruku.
Tak ada jawaban. Tapi pintu depan terbuka. Â Dengan agak berlahan aku memasuki pagar dan melihat beranda juga tidak berdebu. Â Sundari dan Puti mengikuti. Â Lalu kami memasuki ruang tamu.
"Walaikumsalam!" terdengar suara anak kecil yang aku kenal.
"He, Om Rivai!" sapa seorang bocah laki-laki tujuh tahun melihatku. Putra dari sepupuku.
"Halo Dudi. Ke mana Ayah dan Bunda?"