Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Tengah Malam Jahanam (3)

16 Agustus 2021   11:17 Diperbarui: 16 Agustus 2021   11:35 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Pikiran Rakyat,

Ada Imam di sana, yang mengaku juga terjaga di masjid itu.  Imam itu petugas masjid yang tengah malam kemarin dalam perjalanan ke Ciwidey ke tempat kerabatnya. Tapi motornya tergelincir karena hujan dan bangun-bangun ada di Masjid Agung.

Imam itu usianya sekitar 35 tahun di atas aku lima tahun. Dia memimpin sembilan orang, selain kami berdelapan, ada seorang perempuan berhijab usia sekitar  27 tahun juga ikut salat. Dia mengaku bernama Tuti Handayani, dosen muda Sekolah Tinggi Pariwisata yang kemalaman di kampus dan pulang tengah malam, naik angkot, tetapi ada tiga preman hendak berbuat jahat. Tapi sesuatu menggulingkan angkot itu dan dia ditarik oleh suatu cahaya dan tahu-tahu ada di rumahnya di kawasan Dewi Sartika.

"Nggak ada orangtua, sendirian?" tanya Sundari.

Dia mengangguk.

Kami berkeliling Bandung dulu.  Aku dibonceng Roby  salah satu mereka.  Sementara Sundari dibonceng Dina. Jalan Dago begitu sepi dan terasa menakutkan.  Lalu kami kembali ke hostel,

Malam itu begitu benderang.  Bulan purnama.  Seingat aku kemarin bulan masih sabit, nggak mungkin malam ini bulan purnama.  Sundari berjalan di samping aku dengan agak merengut.

"Aku tahu apa yang Kang Rivai pikirkan? Aku tadi memotret langit" Dia memperlihatkan foto ponselnya. "Bulan purnama itu ada tiga. Pantas terang sekali."

"Tapi kalau kita lihat langsung hanya satu? Apa dikamuflase langit oleh mahluk-mahluk itu?"

Seorang mahasiswa melakukan hal sama. Dia tampak pasrah. "Sudah jelas, bukan?"

"Bagaimana kawan-kawan kita coba ke  Tahura pagi besok, lalu jalan kaki  ke batas kota Bandung?"

"Mereka naik motor, kita panggil Charles lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun