Selain diorama, terdapat busana prajurit Diponegoro dan persenjataannya, serta senjata-senjata yang dimiliki Belanda. Â Dengan demikian nuansa lokal dapat tetapi perspektif nasional juga dapat. Itu sebabnya saya menjadikan Benteng Vredeburg sebagai museum pilihan.Â
Letaknya strategis menjadikan museum itu akan sempat disinggahi, seperti halnya Museum Geologi hanya butuh waktu sejam untuk menjelajahi museum termasuk berfoto. Hanya saja saran saya seperti halnya Museum Geologi, Tour Guide sebaiknya menyebar atau ditempatkan di sudut strategis.
Dibangun pada 1978 dan diresmikan pada 5 November 1984, Museum Balaputera Dewa adalah tempat yang tepat bagi mereka yang ingin tahu sejarah dan budaya Palembang.  Saya berkesempatan mengunjungi museum yang terletak di Jalan Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan ini  bersama rombongan TX Travel ketika masih bekerja di sebuah majalah wisata pada Februari 2015.  Tiket masuk museum ini pada waktu itu Rp2000 untuk orang dewasa wistawan lokal, namun kini saya kira Rp3000 per orang seperti tiga museum di atas. Jam buka pukul 09.00 hingga 15.00 pada Selasa hingga Sabtu. Sementara Minggu pada pukul 08.00 hingga 14.00.
Koleksi  museum ini antara lain arca potongan menggendong anaknya yang dipercaya sudah berusia 4000 tahun, patung era Sriwijaya, hingga temuan-temuan arkeologi di Sumatera Selatan. Terdapat berbagai replika prasasti berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, seperti  prasasti Kedukan Bukit, Relaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti Siddhayatra. Selain itu terdapat penjelasan hubungan Malaka dan Palembang di museum ini.
Rumah yang pernah jadi ikon pecahan Rp10.000 Â ini dibangun Sarip Abdurahman Al Hasbi, seorang Arab yang diangkat menjadi Kapiten pada 1836. Kemudian rumah itu dijual pada Pangeran Betung. Di dalam Rumah Limas terdapat perabotan khas Palembang, mulai dari kursi, lampu gantung dan sebagainya.Â
Pada waktu itu kami mengunjungi museum pagi hari, yang dilihat cukup banyak sehingga tidak cukup waktu satu jam. Â Satu-satunya persoalan sebagai destinasi wisata letaknya yang cukup berjauhan dengan obyek wisata lainnya. Memang ada Taman Wisata Alam Puntikayu, tetapi tidak terlalu cocok untuk dipadukan dengan kunjungan ke museum ini.Â
Promosinya juga tidak terlalu banyak bagi orang di luar Palembang. Â Mungkin ada baiknya ada pusat kuliner di dekat museum ini menyajikan makanan khas Palembang terutama untuk akhir pekan.