Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Membaca Tiga Sejarah Kota dari Tiga Museum

10 September 2017   22:07 Diperbarui: 11 September 2017   07:46 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saran saya pedagang kaki lima di antara Gedung Sate dan Museum ini dijadikan komplementer, juga pedagang iket Sunda yang pernah saya lihat dengan harga tetap kaki lima.  Sehingga pengunjung tidak perlu jauh-jauh mencari makan.  Waktu kunjungan paling lama satu jam sudah puas hingga bisa dipaketkan dengan kunjungan ke Gedung Sate.

Satu tur Wisata yang menjadikan Kota Bandung sebagai destinasinya sebaiknya berkunjung di dua tempat ini pagi hari sambil sarapan lontong kari atau kupat tahu sebelum pindah ke destinasi lain.  Musuem ini buka  pada 09.00 s/d sore pukul 15.30 wib pada hari Senin sampai Kamis, dan pukul 09.00 s/d pukul 13.30 siang pada hari Sabtu dan Minggu.

Benteng Vredeburg: Membaca Sejarah Lokal Yogyakarta

Kurang dari satu kilometer dari Jalan Malioboro menuju Jalan Ahmad Yani ada objek wisata sejarah yang wajib dikunjungi para wisatawan bila menjadikan Yogyakarta Kota sebagai destinasi wisatanya, Benteng Vredeburg.

Objek wisata itu satu paket sebetulnya  dengan kunjungan ke Kraton yang letaknya berdekata. Ketika saya menulis soal Yogyakarta untuk sebuah majalah wisata pada 2014 lalu, saya memilih pagi hari setelah sarapan di kawasan Malioboro. 

Bagian depan Benteng Vredeburg/Foto: Irvan Sjafari.
Bagian depan Benteng Vredeburg/Foto: Irvan Sjafari.
Benteng ini dibangun pada 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubowono I atas permintaan Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa Nicholas Harting. Fungsinya menjaga keamanan Yogyakarta walaupun tujuan tersembunyinya mengawasi aktivitas kraton. Awalnya namanya Rustenburg arsiteknya dan pengawasnya adalah Ir. Frank Haak dan selesai pada 1767. 


Gempa bumi melanda Yogyakarta pada 1867  merusak benteng ini dan akhirnya dibangun lagi dengan nama Vredeburg atau benteng perdamaian.  Di dalam benteng itu terdapat bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit, rumah residen dengan saya tampung 500 orang.  

Tiket masuk pada 2014 Rp2000 dan sekarang menurut situs Kemdikbud menjadi RP3000 untuk wisatawan lokal.  Tiket untuk wisatawan asing Rp10.000 tidak berubah.

Areal bagian dalam benteng/Foto: Irvan Sjafari
Areal bagian dalam benteng/Foto: Irvan Sjafari
Begitu memasuki benteng saya melihat tanah lapang yang luas dengan Patung Soedirman dan Oerip Soemohardjo, dua orang Jenderal yang penting dalam sejarah Indonesia. Dominasi rumput hijau dan pepohonan memberikan kesan asri dan kesejukan membuat areal ini pas untuk melepas penat, karena terdapat bangku-bangku.

Dalam bangunan di sisi benteng terdapat isi museum sebenarnya, yaitu diorama sejarah Perang Dipoonegoro, mulai ketika Pangeran Diponegoro menyusun strategi bersama para pengikutnya pada Juli 1825, Kongres Pertama Budi Utomo pada 3-4 Oktober 1908 di Kweekschool Yogyakarta, berdirinya Muhamadyah di Kauman pada 18 November 192, pemogokan buruh gula sekitar Yogyakarta pada Agustus 1920 hingga peristiwa lain pada periode pergerakan hingga Pendudukan Jepang.

Pengunjung melihat diorama/Foto: Irvan Sjafari.
Pengunjung melihat diorama/Foto: Irvan Sjafari.
Pada ruang diorama lain ialah peristiwa pada masa Revolusi dimulai dengan dukungan Sri Sultan Hamengkubowono IX pada Proklamasi Kemerdekaan, perebutan percetakan Sinar Matahari yang menjadi cikal bakal Kantor Kedaulatan Rakyat, perebutan senjata dari tentara Jepang, pembentukan TKR, Hijrah Pemerintah RI ke Yogyakarta,  Pembukaan PON I,  Hari Jadi UGM, Serangan Umum 1 Maret 1949 dan peristiwa sejarah lokal yang punya gaung nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun