Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Membaca Tiga Sejarah Kota dari Tiga Museum

10 September 2017   22:07 Diperbarui: 11 September 2017   07:46 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan Museum Geologi/Foto: Irvan Sjafari.

Selain diorama, terdapat busana prajurit Diponegoro dan persenjataannya, serta senjata-senjata yang dimiliki Belanda.  Dengan demikian nuansa lokal dapat tetapi perspektif nasional juga dapat. Itu sebabnya saya menjadikan Benteng Vredeburg sebagai museum pilihan. 

Letaknya strategis menjadikan museum itu akan sempat disinggahi, seperti halnya Museum Geologi hanya butuh waktu sejam untuk menjelajahi museum termasuk berfoto. Hanya saja saran saya seperti halnya Museum Geologi, Tour Guide sebaiknya menyebar atau ditempatkan di sudut strategis.

Prajurit Diponegoro/Foto: Irvan sjafari.
Prajurit Diponegoro/Foto: Irvan sjafari.
Museum Balaputera Dewa: Ensiklopedi Sejarah dan Budaya Palembang

Dibangun pada 1978 dan diresmikan pada 5 November 1984, Museum Balaputera Dewa adalah tempat yang tepat bagi mereka yang ingin tahu sejarah dan budaya Palembang.  Saya berkesempatan mengunjungi museum yang terletak di Jalan Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan ini  bersama rombongan TX Travel ketika masih bekerja di sebuah majalah wisata pada Februari 2015.  Tiket masuk museum ini pada waktu itu Rp2000 untuk orang dewasa wistawan lokal, namun kini saya kira Rp3000 per orang seperti tiga museum di atas. Jam buka pukul 09.00 hingga 15.00 pada Selasa hingga Sabtu. Sementara Minggu pada pukul 08.00 hingga 14.00.

Rumah Limas bagian dari Museum Balaputera Dewa/Foto: Irvan Sjafari.
Rumah Limas bagian dari Museum Balaputera Dewa/Foto: Irvan Sjafari.
Menurut Hotman, pemandu pada waktu itu, Museum Balaputera Dewa mempunyai sekitar 5000 koleksi mulai dari pra sejarah hingga era Kolonial di Sumatera Selatan.  Ikon Palembang mulai dari Penari Gending hingga Jembatan Ampera berada di ruang lobi seperti selamat datang pada para pengunjung.

Koleksi  museum ini antara lain arca potongan menggendong anaknya yang dipercaya sudah berusia 4000 tahun, patung era Sriwijaya, hingga temuan-temuan arkeologi di Sumatera Selatan. Terdapat berbagai replika prasasti berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, seperti  prasasti Kedukan Bukit, Relaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti Siddhayatra. Selain itu terdapat penjelasan hubungan Malaka dan Palembang di museum ini.

Seorang pemandu wisata di bagian lobi/Foto: Irvan Sjafari.
Seorang pemandu wisata di bagian lobi/Foto: Irvan Sjafari.
Lalu di mana uniknya? Bukankah bangunan ini bukan heritage seperti dua museum di atas. Ternyata keunikannya dan  yang paling menarik adalah Rumah Limas yang berada di belakang museum . Rumah itu yang bangunan bersejarah.  

Rumah yang pernah jadi ikon pecahan Rp10.000  ini dibangun Sarip Abdurahman Al Hasbi, seorang Arab yang diangkat menjadi Kapiten pada 1836. Kemudian rumah itu dijual pada Pangeran Betung. Di dalam Rumah Limas terdapat perabotan khas Palembang, mulai dari kursi, lampu gantung dan sebagainya. 

Pada waktu itu kami mengunjungi museum pagi hari, yang dilihat cukup banyak sehingga tidak cukup waktu satu jam.  Satu-satunya persoalan sebagai destinasi wisata letaknya yang cukup berjauhan dengan obyek wisata lainnya. Memang ada Taman Wisata Alam Puntikayu, tetapi tidak terlalu cocok untuk dipadukan dengan kunjungan ke museum ini. 

Promosinya juga tidak terlalu banyak bagi orang di luar Palembang.  Mungkin ada baiknya ada pusat kuliner di dekat museum ini menyajikan makanan khas Palembang terutama untuk akhir pekan.

koleksi museum/Foto: Irvan Sjafari
koleksi museum/Foto: Irvan Sjafari
Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun