Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Prolog Tanah Emas

8 Juni 2019   20:58 Diperbarui: 8 Juni 2019   21:01 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: hipwee.com

Aku tinggal di tanah emas
Keserakahan manusia pulas tidur di tanah ini
Liur si putih menetes menatap kulit pertiwi
Manusia di bumiku berjalan dengan mata terpejam
Tak sadar lakonnya berkerudung merah 

Aku menapaki cincin api di jagat berjuluk planet biru
Hunian yang sama dengan tujuh miliar kera berjalan tegak
Primata cerdas yang menyangka perhiasan sebagai zirah
Masa bodoh dengan entitas di luar diri 

Aku bernafaskan oleh belas kasih di kalung permata hijau
Belakangan sesak dadaku, bagaimana denganmu?
Kilau nyawa tanahku makin meredup oleh predator teratas dari rantai makanan
Ah, aku tidak menyindirmu, tapi kalian, atau bahkan kita! 

Aku menyelam di langit surga
Warna-warni senja terasa begitu hangat
Tapi katanya polusi yang membuat warnanya indah
Aku dilema. Haruskah kubantu menghantar polusi ke langit atas!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun