Aku tinggal di tanah emas
Keserakahan manusia pulas tidur di tanah ini
Liur si putih menetes menatap kulit pertiwi
Manusia di bumiku berjalan dengan mata terpejam
Tak sadar lakonnya berkerudung merahÂ
Aku menapaki cincin api di jagat berjuluk planet biru
Hunian yang sama dengan tujuh miliar kera berjalan tegak
Primata cerdas yang menyangka perhiasan sebagai zirah
Masa bodoh dengan entitas di luar diriÂ
Aku bernafaskan oleh belas kasih di kalung permata hijau
Belakangan sesak dadaku, bagaimana denganmu?
Kilau nyawa tanahku makin meredup oleh predator teratas dari rantai makanan
Ah, aku tidak menyindirmu, tapi kalian, atau bahkan kita!Â
Aku menyelam di langit surga
Warna-warni senja terasa begitu hangat
Tapi katanya polusi yang membuat warnanya indah
Aku dilema. Haruskah kubantu menghantar polusi ke langit atas!