Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

GadisMu I

13 Juli 2022   16:54 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kuingat lagi tujuan beliau ke sini. Kutawarkan opsi lain. Jujur saja aku tak bisa membawamu ke area luas disekitar sini. Semua mata akan menyapu aku dan kamu. Pasti beribu tanda tanya mengaung di hati mereka, sorak-sorai serta elu-eluan akan bergema. Bukan sebuah gangguan, tapi aku tak ingin gadisMu merasa tak nyaman atas penyambutanku sebagai tuan rumah. Benar saja, lihat nanti, senyumku. Ayo kita ke dalam saja ya."

"Ayok Jumm. Nah," sambil diserahkannya kunci motor itu ke tanganku, memerintahkanku sebagai pendekar prianya Kamis itu. Belok ke kiri kukendarai kendaraan itu. Di belakang ada Gadis itu, aku suka, aku mulai jatuh cinta pada kebesaranMu. Tapi bagaimana, teman-temanku akan melihat. Warna-warni akan kumulai, biarlah. Biarkan semua bercampur menjadi warna abstrak yang akan bercerita dengan sendirinya. Di atas motor itu, dia mengatakan bahwa ia pernah lewat sekali waktu di atas jalan ini, menuju Gereja Katolik yang ada di dalam komplek ketika masih duduk di bangku SMA. Aspal hitam jalanan itu tampaknya bekerja sama denganku, mereka berbicara, "Pijaklah aku, wahai pemuda yang sedang jatuh cinta. Aku takkan berubah sekali pun menjadi coklat. Kami juga berbahagia,dan mengiringimu hingga engkau sampai pada tujuan akhirmu." Akhirnya kami sampai di parkiran, disambut oleh seorang rekan yang dikenali ia dan daku. Sorak-sorai menjadi-jadi, apa yang salah denganku atau dengannya? Kami hanya berteman laiknya biasa. Seru sih, tapi wajahku memerah tak mampu menanggung malu. Ia pun sama kupikir jua. Lalu Gadis itu kembali mendapati motornya, membuka jaketnya,ia memaki kaos tak berkerah. "Tak apa-apa ini Juma?" lanjutnya bertanya padaku khawatir jika pihak keamanan Almamaterku akan menangkapnya, "Nanti kalau ditanyai, kan aku sebagai guidemu, tinggal jawab gini'Gadis ini bakal calon Mahasiswa baru 2019 Pak. Sedang observasi fasilitas Almamater' hehe." Sambil tertawa aku berkata demikian.

"Sekarang kita keliling dulu ya, kan kamu biar tahu dulu isi daerah ini." Lalu kuajak ia berkeliling, kupersilahkan ia berjalan dahulu. Jalanan setapak di sudut gedung itu berpasir dan mengeluarkan abu dikarenakan gesekan antara telapak sepatu dengan tanah yang tak disiram hujan sejak seminggu lebih lalu.

"Kamu kok cepat banget jalannya, Juma. Sabar dong" Gadis manja, memaang dia benar Perempuan yang diciptakan Tuhan untuk melengkapi kekurangan dari pendekar laki-laki. "Lah kan aku sekarang guidenya kamu. Ikutin aku. Ayoo!" Sambil aku memulai memberi tahu, "Di sisi Barat ini Gedung kegiatan belajar mengajar diberi nama Gedung Halim Perdana Kusuma. Nah, kalau yang ini nama Gedungnya tidak ada, ini Perpustakaan kami. Di dalamnya ada aku, kalau kamu cari rindu ke sini saja. Di sisi Perpus ini Gedung staf kemahasiswaaan dan registrasi Penerimaan Mahasiswa Baru." Kami menyusuri ke bagian depan Gedung, "Ini Gedung rektorat kalau di tempatmu, kalau di sini pimpinan tertingginya adalah Ketua. Ini Gedung Agustinus Adisutjipto, selain itu Gedung ini juga diduduki oleh dua Kepala Departemen." Kutatap wajahnya, aku sudah banyak bekata-kata, ia hanya mengiyakan apa yang telah kujelaskan, teriknya Matahari ditambah langkah kakiku yang terlalu panjang untuknya, ia pun kelihatan lelah namun bersemangat dan aktif mendengarkanku, sungguh  GadisMu pun dapat berlaku menjadi seorang murid dihadapan Guru, mendengar dengan seksama dan berusaha memberikan respect yang baik. Laiknya mengikuti kelas Museum yang dipandu oleh guide yang ganteng nan hitam legam ditambah rambut kumal yang tak terbiasa disisir rapi. Kuajak ia berjalan menuju ke Timur, di sana ada Hanggar yang berisi beberapa pesawat sebagai bahan praktikum. Kujelaskan satu persatu, ntahlah apa yang ditangkapnya, aku pun tak tahu. Intinya agar ia mencapai tujuannya terlebih dahulu, "Kata kamu, mau tahu isi Alamamaterku. Ayok kita bergerak ke arah sana." Civitas akademika lumayan sunyi, tampaknya Kamis sinis menjaga wibawa kejombloanku selama ini.

Kami pun mengarah ke Barat, di sana berderet gedung mini unit kegiatan mahasiswa, untung saja hanya ada sedikit manusia di sana. Sedikit juga yang mengenalku, ya setidaknya kalem akan kegiatanku siang itu. Kukenalkan satu persatu, lalu ia melemparkan senyum ke siapa saja.

Rambut tak sebahu kepang dua itu milikku, benar Tuhan?///

GadisMu//

Kamis manis setelah kelas vokasi numerik berkuasa sirik/

Cepat//

Waktu berlalu/

Bertemu kembali/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun