Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Hujan Mengalir dalam Darahmu

28 Juli 2018   08:19 Diperbarui: 28 Juli 2018   13:46 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika hujan mengalir dalam darahmu

Semua nafas menjadi segar, menjadi pagi yang hidup.

Seumpama rumput yang ditetesi gerimis sore hari

Aku keluar melongok jendela, ada kecipak air mengembun pada kulitku masuk menembus sungsum tulang  membentuk sungai masa lalu yang paling   kelam.

Sesekali petir menggendor pintu rumah, daun terbang melewati desir hujan yang paling tabah

Aku terkesima mendapati dirimu kuyup di depan pintu , sambil mengeja masa lalu yang paling piatu

"Kita tak bisa lepas dari masa lalu sayang" katamu di ruang tamu

Aku bergegas menghidupkan suluh menjadi api,  menghangatkan tubuh dari dinginnya mati

"Pelukanmu adalah segala api dalam riangku" katamu, aku kelu lidahku beku, tiba-tiba semua menjadi es. Menjadi malam yang kehilangan heningnya.

Purbadana, 10 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun