Kunjungan ke situs sejarah selalu memberikan pengalaman yang berbeda, seolah kita benar-benar dibawa kembali ke masa lampau. Hampir satu pekan lalu, tepatnya hari Sabtu, 11 Oktober 2025, saya dan beberapa rekan mendapat kesempatan istimewa mengunjungi Gedung Indonesia Menggugat (GIM).Â
Bangunan bersejarah ini berdiri kokoh di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 5, di kawasan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung ini adalah saksi bisu dari perjuangan intelektual para pahlawan bangsa.
Aura sejarah langsung terasa begitu kami menginjakkan kaki di pelataran GIM. Gedung ini dulunya dikenal sebagai Landraad atau pengadilan kolonial Belanda, tempat Ir. Soekarno dan rekan-rekannya diadili pada tahun 1930.Â
Setelah menyaksikan ruang sidang utama, tempat Bung Karno membacakan pledoinya yang terkenal, "Indonesia Menggugat," langkah kami selanjutnya adalah menuju ke ruang yang lebih hening. Kami tertarik dengan keberadaan sebuah ruang baca atau perpustakaan mini yang ada di sana.
Ruang baca ini letaknya agak tersembunyi, berada di pojok sebelah kanan bangunan utama. Ukurannya tidak terlalu besar, jauh dari gambaran perpustakaan modern dengan lorong-lorong buku yang panjang.Â
Namun, kesederhanaan ruang ini justru menambah nuansa keintiman dan kekhususan, seolah ruangan ini memang disiapkan untuk perenungan. Rasanya seperti masuk ke dalam ruang kerja pribadi seorang tokoh besar, yang jauh dari hiruk pikuk di luar.
Di ruang kecil itu, tersusun rapi beberapa rak buku sederhana yang terbuat dari kayu. Rak-rak itu menampung koleksi buku yang jelas memiliki tema khusus. Mata kita langsung tertuju pada deretan judul yang hampir semuanya merujuk pada satu nama: Soekarno.Â
Inilah yang membuat ruang baca ini unik dan berbeda dari perpustakaan pada umumnya. Ini adalah 'Satu Sudut, Sejuta Soekarno', sebuah tempat yang didedikasikan untuk mendalami pemikiran sang Proklamator.
Fokus pada Soekarno dan Perjuangan Intelektual
Koleksi buku di ruangan itu benar-benar mengkhususkan diri pada segala sesuatu tentang Bung Karno. Sepertinya pengelola GIM sengaja menjadikan ruang ini sebagai pusat informasi mini tentang Bapak Pendiri Bangsa tersebut.Â
Deretan buku ini bukan sekadar biografi, tetapi juga menyangkut pemikiran, gaya hidup, hingga perjalanan perjuangan beliau. Hal ini semakin memperjelas peran GIM sebagai monumen perjuangan intelektual, bukan hanya fisik.