Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Menyapa, Drainase Menjawab: Akankah Jalur Air Bandung Mampu Mengalirkan Harapan?

12 September 2025   20:25 Diperbarui: 12 September 2025   20:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbaikan drainase oleh petugas di sepanjang Jalan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (7/8/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Beberapa hari belakangan, langit di atas Bandung dan sekitarnya tak henti-hentinya menumpahkan air. Hujan lebat mengguyur tanpa ampun, seakan ingin mencuci bersih kota kembang ini. 

Namun, guyuran hujan yang seharusnya membawa kesejukan justru menjadi masalah di banyak titik. Jalanan mulai tergenang, yang oleh warga setempat sering disebut "cai leuncang" atau banjir di jalanan. Pemandangan ini tak asing lagi bagi warga Bandung, terutama saat hujan datang dengan intensitas tinggi.

Genangan air ini bukan tanpa sebab. Masalah utamanya ada pada sistem drainase yang tidak berfungsi optimal. Drainase yang seharusnya menjadi jalur bagi air hujan untuk mengalir dengan lancar justru tersumbat. 

Penyebabnya beragam, tapi yang paling dominan adalah sampah. Sampah-sampah yang dibuang sembarangan, baik itu botol plastik, bungkus makanan, atau dedaunan, menumpuk di saluran air, membentuk sumbatan yang kuat. Akibatnya, air hujan tidak bisa mengalir dan meluap ke jalan.

Fenomena ini terjadi di banyak tempat, dan daerah Bandung Timur menjadi salah satu yang paling sering merasakan dampaknya. Kawasan seperti Gedebage dan Arcamanik, termasuk di dalamnya daerah Cisaranten Kulon Cingised, menjadi langganan genangan air. 

Warga di sana sudah terbiasa melihat jalanan mereka berubah menjadi "sungai" kecil setiap kali hujan deras turun. Aktivitas sehari-hari terganggu, kendaraan sulit melintas, dan pejalan kaki pun harus rela basah kuyup. Genangan ini bukan sekadar mengganggu, tapi juga bisa membahayakan, apalagi jika ada pengendara motor yang nekat menerobosnya.

Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya materi. Waktu terbuang percuma karena macet, risiko kecelakaan meningkat, dan lingkungan menjadi kotor. Sampah-sampah yang menyumbat drainase juga menjadi sarang penyakit dan menimbulkan bau tak sedap. 

Warga merasa frustrasi, seakan tidak ada solusi untuk masalah yang sudah terjadi bertahun-tahun ini. Mereka hanya bisa pasrah, menunggu air surut dan berharap hujan berikutnya tidak lagi membawa genangan.

Namun, di tengah keputusasaan itu, sebuah harapan muncul. Ada upaya nyata dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Fokus perbaikan dimulai dari titik-titik yang paling parah terdampak, salah satunya di sekitar Cisaranten Kulon, Arcamanik. Ini bukan sekadar janji, tapi aksi nyata yang mulai terlihat hasilnya.

Aksi Nyata dan Harapan Baru

Sistem drainase yang tadinya tersumbat dan tidak terawat, kini mulai diperbaiki secara menyeluruh. Petugas-petugas dikerahkan untuk membersihkan sampah dan lumpur yang menumpuk di dalam saluran. Lebar dan kedalaman saluran pun diperhitungkan ulang agar mampu menampung volume air hujan yang lebih besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun