Jutaan Doni Lain di Seluruh Negeri
Kisah Guru Honorer di Pandeglang ini adalah cermin dari masalah yang lebih besar. Masalah kesejahteraan guru honorer di seluruh Indonesia. Mereka adalah pilar pendidikan yang paling rentan. Gaji yang minim, status yang tidak jelas, dan jaminan sosial yang nyaris tidak ada.Â
Banyak di antara mereka yang harus bekerja sampingan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Mereka rela mengorbankan waktu dan tenaga, demi memastikan bahwa anak-anak di pelosok negeri bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Saya yakin, di setiap kabupaten, di setiap kota, ada Doni-Doni lain. Ada guru-guru yang mengajar di gedung-gedung tua, di sekolah-sekolah yang serba kekurangan, dengan gaji yang tidak seberapa. Ada guru yang harus menyeberangi sungai, melewati hutan, hanya untuk sampai di sekolah.Â
Sementara di sisi lain, kita melihat pembangunan gedung-gedung mewah, pembelian mobil dinas baru, dan berbagai macam proyek yang menghabiskan anggaran besar. Prioritas para pejabat seolah-olah tidak selaras dengan kebutuhan rakyatnya.
Enaknya punya pejabat yang bisa membangun jalan-jalan yang mulus, tapi lupa memperbaiki rumah-rumah rakyatnya yang sudah rusak. Enaknya punya pejabat yang bisa mengadakan seminar dan rapat koordinasi di hotel-hotel berbintang, tapi tidak pernah duduk bersama guru honorer untuk mendengarkan keluh kesah mereka.Â
Kita perlu lebih dari sekadar respons reaktif. Kita butuh perubahan sistemik. Kita butuh para pejabat yang benar-benar peduli, yang menjadikan kesejahteraan guru sebagai prioritas utama. Karena tanpa guru yang sejahtera, pendidikan tidak akan pernah bisa maju. Dan tanpa pendidikan yang maju, tidak akan ada masa depan yang cerah untuk bangsa ini.
Kesimpulan
Kisah Doni Romdoni di Pandeglang adalah tamparan keras bagi para pejabat di mana pun. Enaknya punya pejabat hanyalah ungkapan satir yang menggambarkan betapa abainya mereka terhadap masalah rakyat kecil. Butuh sorotan media nasional untuk membuat mereka bergerak, padahal masalah itu sudah berlangsung selama 20 tahun.Â
Respons yang datang terlambat ini bukan bukti kepedulian, melainkan bukti kegagalan. Kegagalan untuk melihat, mendengar, dan bertindak sebelum masalah menjadi besar. Jika pemerintah benar-benar ingin membangun bangsa, mulailah dengan memastikan para pahlawan pendidikan, para guru honorer, hidup sejahtera. Karena mereka adalah aset paling berharga yang dimiliki oleh negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI